GURU besar perguruan olahraga tenaga dalam Cakra Murti, Prof. IGK Putra Wirawan, MM, menyebutkan bahwa hanya mereka yang sensitif dengan energi dari luar dirinya sajalah yang mampu kesurupan. Jadi, tidak berarti orang yang mudah kesurupan itu jelek atau tidak kuat. ¨Mereka ini justru lebih sensitif,¨ ujar Putra.
Justru hanya orang yang pikiran dan hatinya bersih saja yang bisa mencapai tingkat kesadaran hening, keadaan meditatif atau kesadarannya berubah, berdisosiasi, atau trance. ¨Memang dalam beberapa kasus, kesurupan muncul akibat adanya sikap manusia yang kurang sopan,¨ katanya.
Contohnya, kita menebang pohon besar sembarangan, tanpa minta izin mahkluk tidak kelihatan yang menempatinya. Dalam hal ini, proses kesurupan merupakan cara penghuni dunia niskala menyampaikan protes atau ketidaksetujuannya pada penghuni dunia nyata.
Karena itu, ada kebiasaan memberi sesaji di kalangan penganut agama Hindu atau kepercayaan lain, yang yakin bahwa selain dunia nyata ini ada juga dunia tidak nyata yang tempatnya hampir sama dengan yang ditinggali manusia.
Pemberian sesaji ini merupakan bentuk sopan santun penghuni dunia nyata ketika mengubah atau merelokasi hunian para penghuni dunia tidak nyata, sehingga mereka bisa bersahabat atau tidak mengganggu. Putra sendiri, meski dia beragama Hindu, tidak memberikan sesaji.
¨Saya hanya butuh saat hening agar bisa berkomunikasi dan meminta izin para penghuni dunia niskala yang menempati pohon yang hendak ditebang misalnya, dan meminta agar tidak mengganggu,¨ paparnya.
Namun, bisa jadi, kata Prof. Luh Ketut Suryani, keadaan kesurupan merupakan sarana bagi penghuni dunia niskala untuk menyampaikan bahwa situasi yang terjadi sekarang ini tidak sesuai lagi dengan konsep trihita karana (keseimbangan antara mikrokosmos atau diri manusia, makrokosmos atau dunia yang kita tinggali, dan Tuhan).
Jadi, karena wujud dan tingkat energinya berbeda antara kita yang hidup di dunia ini dengan dunia niskala, komunikasi pun akan sulit. Terjadilah fenomena yang disebut kesurupan ini.
Prof. Suryani menegaskan, yang perlu ditangkal adalah kesurupan akibat roh-roh lain yang menyebabkan celaka. ¨Percaya saja dengan kekuatan Tuhan,¨ sebutnya.
Menurut hukum spiritual, roh selain manusia, tidak boleh dan tidak bisa mengganggu manusia karena Tuhan melindungi setiap umat yang berlindung kepada-Nya.
Selain itu usahakan tidur nyenyak, sehingga terjadi keseimbangan di dalam diri kita. Kalau sudah seimbang, logika tetap berfungsi, kepercayaan diri muncul, dan akhirnya kita mampu mengendalikan diri sendiri.
Sumber= http://wahw33d.blogspot.com/2010/04/orang-sensitif-lebih-mudah-kesurupan.html
Justru hanya orang yang pikiran dan hatinya bersih saja yang bisa mencapai tingkat kesadaran hening, keadaan meditatif atau kesadarannya berubah, berdisosiasi, atau trance. ¨Memang dalam beberapa kasus, kesurupan muncul akibat adanya sikap manusia yang kurang sopan,¨ katanya.
Contohnya, kita menebang pohon besar sembarangan, tanpa minta izin mahkluk tidak kelihatan yang menempatinya. Dalam hal ini, proses kesurupan merupakan cara penghuni dunia niskala menyampaikan protes atau ketidaksetujuannya pada penghuni dunia nyata.
Karena itu, ada kebiasaan memberi sesaji di kalangan penganut agama Hindu atau kepercayaan lain, yang yakin bahwa selain dunia nyata ini ada juga dunia tidak nyata yang tempatnya hampir sama dengan yang ditinggali manusia.
Pemberian sesaji ini merupakan bentuk sopan santun penghuni dunia nyata ketika mengubah atau merelokasi hunian para penghuni dunia tidak nyata, sehingga mereka bisa bersahabat atau tidak mengganggu. Putra sendiri, meski dia beragama Hindu, tidak memberikan sesaji.
¨Saya hanya butuh saat hening agar bisa berkomunikasi dan meminta izin para penghuni dunia niskala yang menempati pohon yang hendak ditebang misalnya, dan meminta agar tidak mengganggu,¨ paparnya.
Namun, bisa jadi, kata Prof. Luh Ketut Suryani, keadaan kesurupan merupakan sarana bagi penghuni dunia niskala untuk menyampaikan bahwa situasi yang terjadi sekarang ini tidak sesuai lagi dengan konsep trihita karana (keseimbangan antara mikrokosmos atau diri manusia, makrokosmos atau dunia yang kita tinggali, dan Tuhan).
Jadi, karena wujud dan tingkat energinya berbeda antara kita yang hidup di dunia ini dengan dunia niskala, komunikasi pun akan sulit. Terjadilah fenomena yang disebut kesurupan ini.
Prof. Suryani menegaskan, yang perlu ditangkal adalah kesurupan akibat roh-roh lain yang menyebabkan celaka. ¨Percaya saja dengan kekuatan Tuhan,¨ sebutnya.
Menurut hukum spiritual, roh selain manusia, tidak boleh dan tidak bisa mengganggu manusia karena Tuhan melindungi setiap umat yang berlindung kepada-Nya.
Selain itu usahakan tidur nyenyak, sehingga terjadi keseimbangan di dalam diri kita. Kalau sudah seimbang, logika tetap berfungsi, kepercayaan diri muncul, dan akhirnya kita mampu mengendalikan diri sendiri.
Sumber= http://wahw33d.blogspot.com/2010/04/orang-sensitif-lebih-mudah-kesurupan.html