Pekerjaan sebagai satpam memang tak banyak peminatnya. Apalagi satpam kamar mayat. Hal berbeda malah terjadi dengan Munawarman dan M Fadil.
Keduanya malah mengajukan diri sebagai sekuriti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di ruang forensik yang biasanya digunakan untuk tempat menyimpan korban meninggal.
Menurut Munawarman, sekuriti untuk jaga malam di forensik RSCM terhitung mulai ada pada 2007-an. “Sebelumnya tidak ada, ujar Munawarman membuka cerita.
Ketika ditanya pengalamannya menjadi sekuriti forensik RSCM, Munawarman menjawab dengan santai. “Sebenarnya ada sedihnya, ada sukanya, tapi yang banyak cerita seremnya, ungkapnya.
“Kalau kismis (kisah misteri)-nya sih banyak, Mas. Mulai dari suara-suara aneh, bau-bauan sampai pernah dilemparin batu kecil. Tapi sih kami mah positif saja, kalau negatif mulu mah nanti tidak bakal betah, imbuhnya.
Menurut dia, seharusnya setiap pos dijaga oleh satu orang, namun karena sekarang sedang libur, Munawarman dan Fadil asik bercengkrama mengusir bosan. Kedua sejoli ini mengaku sebagai soulmate. “Kami mah sudah soulmate, jaga malam bareng, jaga siang bareng, canda Munawarman. “Oia, so-ul Mamat, balas Fadil lantas tertawa.
Perbincangan kali ini berjalan cair, mulai dari kisah-kisah menyeramkan sampai kisah-kisah yang membuat gelak tawa pecah. “Dulu bang, kata Fadil, waktu deket pohon Ceri di sana, sambil menunjuk ke arah luar gedung RSCM, waktu nongkong bareng Brimob, nah tuh brimob kan ceritanya muntah, eh tahu-tahunya dari muntahannya di tanah keluar api. Saya kira ada yang konslet, tapi tenyata tidak ada kabel. Eh tidak berapa lama tuh Brimob kesurupan, langsung saja saya panggilin Pak Haji (salah satu pegawai forensik RSCM). Brimob saja bisa kayak gitu, apalagi kami yang badannya kecil-kecil, tuturnya.
“Belum lagi dulu, waktu awal-awal jaga malam. Tiap malam ada saja yang nongol, sambungnya. Fadil melanjutkan, Apalagi kalau lagi abis ada jenazah yang meninggal tidak jelas, seperti kecelakaan, tenggelam. Nah itu tuh biasanya ada kismis.
Ketika ditanya perasaan saat terlibat langsung dengan jenazah, jawaban kedunya seragam. “Aduh, paling seminggu bisa tidak makan, jawab Munawarman lantas tersenyum. "Iya Bang, apalagi kalau lihat korban yang bentuknya aneh-aneh, bisa tidak tidur, timpal Fadil.
Situasi berbeda dirasakan oleh petuga forensik. Menurut Munawarman, mereka biasa saja setelah melihat mayat korban kecelakaan atau pembunuhan. “Kalau orang forensik mah beda. Kalau makan itu walau kulkas (pendingin mayat) dibuka, tetap saja asyik makan. Padahal baunya ke mana-mana. Kami mah ga bisa deh, ujarnya.
Bapak dua anak itu menceritakan tugasnya sebagai sekuriti forensik RSCM tidak mudah. Terutama apabila ada pasien datang.
“Kami sih biasanya mengamankan orang-orang. Misalnya ada kecelakaan, ramai, nah kami yang mengamankan. ujar Munawarman. “Biasanya wartawan tuh yang susah diatur kalau lagi ramai begitu, celetuk Fadil semangat.
Keduanya malah mengajukan diri sebagai sekuriti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di ruang forensik yang biasanya digunakan untuk tempat menyimpan korban meninggal.
Menurut Munawarman, sekuriti untuk jaga malam di forensik RSCM terhitung mulai ada pada 2007-an. “Sebelumnya tidak ada, ujar Munawarman membuka cerita.
Ketika ditanya pengalamannya menjadi sekuriti forensik RSCM, Munawarman menjawab dengan santai. “Sebenarnya ada sedihnya, ada sukanya, tapi yang banyak cerita seremnya, ungkapnya.
“Kalau kismis (kisah misteri)-nya sih banyak, Mas. Mulai dari suara-suara aneh, bau-bauan sampai pernah dilemparin batu kecil. Tapi sih kami mah positif saja, kalau negatif mulu mah nanti tidak bakal betah, imbuhnya.
Menurut dia, seharusnya setiap pos dijaga oleh satu orang, namun karena sekarang sedang libur, Munawarman dan Fadil asik bercengkrama mengusir bosan. Kedua sejoli ini mengaku sebagai soulmate. “Kami mah sudah soulmate, jaga malam bareng, jaga siang bareng, canda Munawarman. “Oia, so-ul Mamat, balas Fadil lantas tertawa.
Perbincangan kali ini berjalan cair, mulai dari kisah-kisah menyeramkan sampai kisah-kisah yang membuat gelak tawa pecah. “Dulu bang, kata Fadil, waktu deket pohon Ceri di sana, sambil menunjuk ke arah luar gedung RSCM, waktu nongkong bareng Brimob, nah tuh brimob kan ceritanya muntah, eh tahu-tahunya dari muntahannya di tanah keluar api. Saya kira ada yang konslet, tapi tenyata tidak ada kabel. Eh tidak berapa lama tuh Brimob kesurupan, langsung saja saya panggilin Pak Haji (salah satu pegawai forensik RSCM). Brimob saja bisa kayak gitu, apalagi kami yang badannya kecil-kecil, tuturnya.
“Belum lagi dulu, waktu awal-awal jaga malam. Tiap malam ada saja yang nongol, sambungnya. Fadil melanjutkan, Apalagi kalau lagi abis ada jenazah yang meninggal tidak jelas, seperti kecelakaan, tenggelam. Nah itu tuh biasanya ada kismis.
Ketika ditanya perasaan saat terlibat langsung dengan jenazah, jawaban kedunya seragam. “Aduh, paling seminggu bisa tidak makan, jawab Munawarman lantas tersenyum. "Iya Bang, apalagi kalau lihat korban yang bentuknya aneh-aneh, bisa tidak tidur, timpal Fadil.
Situasi berbeda dirasakan oleh petuga forensik. Menurut Munawarman, mereka biasa saja setelah melihat mayat korban kecelakaan atau pembunuhan. “Kalau orang forensik mah beda. Kalau makan itu walau kulkas (pendingin mayat) dibuka, tetap saja asyik makan. Padahal baunya ke mana-mana. Kami mah ga bisa deh, ujarnya.
Bapak dua anak itu menceritakan tugasnya sebagai sekuriti forensik RSCM tidak mudah. Terutama apabila ada pasien datang.
“Kami sih biasanya mengamankan orang-orang. Misalnya ada kecelakaan, ramai, nah kami yang mengamankan. ujar Munawarman. “Biasanya wartawan tuh yang susah diatur kalau lagi ramai begitu, celetuk Fadil semangat.