Sering beristirahat dan berjalan diwaktu jam kerja efektif dalam menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh. Anda akan terhindar dari penyakit kardiovaskular, seperti jantung, darah tinggi, dan kolesterol.
Jika Anda selalu sibuk setiap hari, duduk berjam-jam di kantor, dan khawatir tentang efeknya pada berat badan dan kesehatan, segeralah beristirahat. Itulah saran dari studi terbaru di Australia yang menemukan fakta bahwa seseorang yang duduk terlalu lama tanpa istirahat berisiko tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang sering berdiri dan berjalan-jalan.
Menurut peneliti, risiko penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh sikap duduk untuk jangka waktu yang lama (di kantor misalnya) akan memanifestasikan diri menjadi bentuk pinggang yang lebih besar, tekanan darah tinggi, kadar trigliserida yang tinggi, meningkatkan peradangan tubuh, dan menurunkan kadar kolesterol “baik”.
Apalagi, dampak negatif serangan penyakit pada seseorang tanpa aktivitas dalam waktu lama tampaknya tetap berlaku, bahkan bagi mereka yang secara rutin pergi ke gym.
“Temuan ini sebenarnya tidak mengejutkan,” kata Dr Murray A Mittleman, direktur unit penelitian epidemiologi kardiovaskular di Beth Israel Deaconess Medical Center dan seorang profesor di departemen epidemiologi di Harvard School of Public Health di Boston, Amerika Serikat.
“Bahkan, laporan Surgeon General merekomendasikan bahwa seseorang harus mengakumulasi aktivitas yang bertahap sepanjang hari,” kata Mittleman yang tidak termasuk anggota tim peneliti.
“Dan (hasil studi) ini benar-benar konsisten dengan itu,” lanjutnya seperti dikutip laman healthday.com.
Tim penelitian ini sendiri dipimpin oleh Genevieve N healy dari Cancer Prevention Research Centre, School of Population Health di University of Queensland, Herston, Australia.
Laporan temuan mereka dipublikasikan secara online pada edisi 12 Januari di European Heart Journal. “Bahkan, jika Anda berolahraga selama 30 sampai 60 menit setiap hari, apa aktivitas yang Anda lakukan untuk sisa hari itu juga mungkin penting bagi kesehatan kardiovaskular Anda,” kata Healy.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan kecil pada aktivitas seseorang (sebentar berdiri secara rutin) mungkin membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,” tuturnya.
“Perubahan ini dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam jadwal kehidupan seseorang sehari-hari (termasuk di lingkungan kerja). Berdiri, bergerak lebih banyak, lebih sering, dapat digunakan sebagai slogan untuk membantu menempatkan pesan ini di seluruh segi kehidupan,” imbuh Healy.
Para penulis mengemukakan bahwa di negara berkembang, rata-rata orang menghabiskan lebih dari setengah hari mereka dengan duduk.
Pada saat yang sama, mereka menunjukkan bahwa penyakit jantung adalah penyebab tertinggi kematian dini di Amerika Serikat dan Eropa. Untuk mengeksplorasi hubungan potensial antara dua hal tersebut, Healy dan rekan-rekannya menggunakan data yang diambil dari US National Health and Nutrition Examination Survey.
Data melibatkan sekitar 4.800 pria dan wanita Amerika berusia 20 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam survei antara 2003 dan 2006. Semua responden telah dilengkapi dengan alat accelerometer di pinggang mereka, untuk memantau rutinitas berjalan, berlari, dan duduk selama satu minggu. Penulis akan mengukur sejumlah faktor risiko penyakit jantung yang terkait, termasuk lingkar pinggang, tekanan darah, dan kadar kolesterol.
Pada kasus yang ekstrem, peserta yang paling lama duduk ditemukan selama lebih dari 21 jam perhari. Namun, ada juga yang hanya duduk di bawah dua jam perhari.
Sementara itu, kegiatan istirahat paling sedikit yang diambil selama seminggu penuh sebesar kurang dari 100, sedangkan yang paling lama istirahat selama seminggu terdaftar di hampir 1.300.
Tim menemukan bukti pada peserta berkulit putih bahwa semakin lama mereka menghabiskan waktu duduk sepanjang hari, maka lingkar pinggang mereka juga akan lebih besar. Perbedaan ras tampaknya memainkan peran, karena peserta keturunan Meksiko-Amerika sepertinya tidak terpengaruh oleh hasil ini. Sementara yang berkulit hitam benar-benar menunjukkan dinamika yang berlawanan.
Kadar lemak darah (trigliserida) secara signifikan ditemukan juga lebih tinggi di antara seseorang yang duduk terlalu lama, sebagai tanda-tanda resistensi insulin, yang sering disebut sebagai pemicu diabetes.
Secara keseluruhan, mereka yang mengambil istirahat dari duduk paling banyak (bahkan jika mereka menghabiskan banyak waktu untuk duduk) ditemukan memiliki lingkar pinggang terkecil.
Mereka yang masuk daftar paling banyak beristirahat memiliki pinggang 1,6 inci lebih kecil dibanding partisipan yang istirahatnya jarang. Mengambil istirahat lebih banyak juga terkait dengan kadar yang lebih rendah dari protein C yang reaktif, sebuah tanda bagi peradangannya bermasalah. Intinya, menurut para peneliti, orang-orang harus didorong untuk mengambil istirahat saat melakukan sebuah kegiatan.
Misalnya, mereka menyarankan agar sementara waktu pekerja bisa berdiri untuk beristirahat setelah menerima telepon atau saat rapat. Memilih untuk jalan bertemu rekan kantor daripada mengiriminya email atau menelepon serta menggunakan tangga untuk mengakses wilayah kerja atau menuju ke kamar mandi.
“Saya pikir rekomendasi para peneliti agar karyawan sering istirahat dari kegiatan kator semuanya masuk akal,” kata Mittleman.
source
Jika Anda selalu sibuk setiap hari, duduk berjam-jam di kantor, dan khawatir tentang efeknya pada berat badan dan kesehatan, segeralah beristirahat. Itulah saran dari studi terbaru di Australia yang menemukan fakta bahwa seseorang yang duduk terlalu lama tanpa istirahat berisiko tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang sering berdiri dan berjalan-jalan.
Menurut peneliti, risiko penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh sikap duduk untuk jangka waktu yang lama (di kantor misalnya) akan memanifestasikan diri menjadi bentuk pinggang yang lebih besar, tekanan darah tinggi, kadar trigliserida yang tinggi, meningkatkan peradangan tubuh, dan menurunkan kadar kolesterol “baik”.
Apalagi, dampak negatif serangan penyakit pada seseorang tanpa aktivitas dalam waktu lama tampaknya tetap berlaku, bahkan bagi mereka yang secara rutin pergi ke gym.
“Temuan ini sebenarnya tidak mengejutkan,” kata Dr Murray A Mittleman, direktur unit penelitian epidemiologi kardiovaskular di Beth Israel Deaconess Medical Center dan seorang profesor di departemen epidemiologi di Harvard School of Public Health di Boston, Amerika Serikat.
“Bahkan, laporan Surgeon General merekomendasikan bahwa seseorang harus mengakumulasi aktivitas yang bertahap sepanjang hari,” kata Mittleman yang tidak termasuk anggota tim peneliti.
“Dan (hasil studi) ini benar-benar konsisten dengan itu,” lanjutnya seperti dikutip laman healthday.com.
Tim penelitian ini sendiri dipimpin oleh Genevieve N healy dari Cancer Prevention Research Centre, School of Population Health di University of Queensland, Herston, Australia.
Laporan temuan mereka dipublikasikan secara online pada edisi 12 Januari di European Heart Journal. “Bahkan, jika Anda berolahraga selama 30 sampai 60 menit setiap hari, apa aktivitas yang Anda lakukan untuk sisa hari itu juga mungkin penting bagi kesehatan kardiovaskular Anda,” kata Healy.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan kecil pada aktivitas seseorang (sebentar berdiri secara rutin) mungkin membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,” tuturnya.
“Perubahan ini dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam jadwal kehidupan seseorang sehari-hari (termasuk di lingkungan kerja). Berdiri, bergerak lebih banyak, lebih sering, dapat digunakan sebagai slogan untuk membantu menempatkan pesan ini di seluruh segi kehidupan,” imbuh Healy.
Para penulis mengemukakan bahwa di negara berkembang, rata-rata orang menghabiskan lebih dari setengah hari mereka dengan duduk.
Pada saat yang sama, mereka menunjukkan bahwa penyakit jantung adalah penyebab tertinggi kematian dini di Amerika Serikat dan Eropa. Untuk mengeksplorasi hubungan potensial antara dua hal tersebut, Healy dan rekan-rekannya menggunakan data yang diambil dari US National Health and Nutrition Examination Survey.
Data melibatkan sekitar 4.800 pria dan wanita Amerika berusia 20 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam survei antara 2003 dan 2006. Semua responden telah dilengkapi dengan alat accelerometer di pinggang mereka, untuk memantau rutinitas berjalan, berlari, dan duduk selama satu minggu. Penulis akan mengukur sejumlah faktor risiko penyakit jantung yang terkait, termasuk lingkar pinggang, tekanan darah, dan kadar kolesterol.
Pada kasus yang ekstrem, peserta yang paling lama duduk ditemukan selama lebih dari 21 jam perhari. Namun, ada juga yang hanya duduk di bawah dua jam perhari.
Sementara itu, kegiatan istirahat paling sedikit yang diambil selama seminggu penuh sebesar kurang dari 100, sedangkan yang paling lama istirahat selama seminggu terdaftar di hampir 1.300.
Tim menemukan bukti pada peserta berkulit putih bahwa semakin lama mereka menghabiskan waktu duduk sepanjang hari, maka lingkar pinggang mereka juga akan lebih besar. Perbedaan ras tampaknya memainkan peran, karena peserta keturunan Meksiko-Amerika sepertinya tidak terpengaruh oleh hasil ini. Sementara yang berkulit hitam benar-benar menunjukkan dinamika yang berlawanan.
Kadar lemak darah (trigliserida) secara signifikan ditemukan juga lebih tinggi di antara seseorang yang duduk terlalu lama, sebagai tanda-tanda resistensi insulin, yang sering disebut sebagai pemicu diabetes.
Secara keseluruhan, mereka yang mengambil istirahat dari duduk paling banyak (bahkan jika mereka menghabiskan banyak waktu untuk duduk) ditemukan memiliki lingkar pinggang terkecil.
Mereka yang masuk daftar paling banyak beristirahat memiliki pinggang 1,6 inci lebih kecil dibanding partisipan yang istirahatnya jarang. Mengambil istirahat lebih banyak juga terkait dengan kadar yang lebih rendah dari protein C yang reaktif, sebuah tanda bagi peradangannya bermasalah. Intinya, menurut para peneliti, orang-orang harus didorong untuk mengambil istirahat saat melakukan sebuah kegiatan.
Misalnya, mereka menyarankan agar sementara waktu pekerja bisa berdiri untuk beristirahat setelah menerima telepon atau saat rapat. Memilih untuk jalan bertemu rekan kantor daripada mengiriminya email atau menelepon serta menggunakan tangga untuk mengakses wilayah kerja atau menuju ke kamar mandi.
“Saya pikir rekomendasi para peneliti agar karyawan sering istirahat dari kegiatan kator semuanya masuk akal,” kata Mittleman.
source