Hubungan prostitusi dan konsumerisme tak lain karena adanya iming-iming mengenai gaya hidup yang serbaenak. Sebagai perempuan muda, tak cukup hanya bisa makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga memenuhi kebutuhan fesyen dan kecantikan, membeli ponsel terbaru, hingga dugem. Akibatnya, mereka dengan "sukarela" menjual dirinya, tanpa sadar mereka telah menjadi korban dari sistem kapitalisme yang tanpa disadari merasuk dengan budaya konsumerisme.
Meski serangan konsumerisme merajalela, Anda bisa memproteksi anak perempuan dengan segala cara. Upaya ampuh dari orangtua untuk melindungi dan menyelamatkan anak perempuan dari bisnis layanan seks adalah menumbuhkan harga diri dan rasa percaya diri.
Anak perempuan harus teredukasi
Menurut Nori, anak-anak perempuan harus tumbuh dengan memiliki harga diri dan percaya diri (self esteem) untuk mencegah mereka dari perangkap perdagangan seks perempuan.
"Anak-anak perempuan harus dapat merasakan bahwa dirinya tidak dihargai berdasarkan pakaian model terbaru, handphone versi terbaru, atau club, restoran yang didatanginya. Tetapi, ia dihargai karena kualitas pribadinya, keseriusan dalam berkarya di sekolah dan di masyarakat," ujar Nori dalam bukunya.
Anak perempuan juga perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan agar tak terjebak dalam tipuan pedagang manusia (trafficker). Inilah juga yang menurut Nori perlu dilakukan agar bahaya trafficking perempuan muda untuk bisnis seks bisa dihindari. Selain itu, perempuan muda perlu teredukasi dengan baik untuk mengantisipasi berbagai tawaran pekerjaan. Artinya, perempuan muda perlu memahami langkah apa saja yang harus dilakukannya setiap kali ditawari pekerjaan, agar tak menjadi korban penipuan terutama terkait pelacuran.
Orangtua perlu mendampingi
Orangtua perlu mendampingi anak perempuan untuk menangkis pengaruh dan tekanan dari masyarakat. Dalam hal ini masyarakat yang menyudutkan perempuan dalam peran seksual yang stereotips, yakni pandangan bahwa perempuan adalah obyek seks dan perempuan harus mempercantik diri untuk berlomba mendapatkan pasangan laki-laki.
"Pandangan seperti ini hanya akan menyudutkan kaum perempuan muda pada posisi subordinat terhadap laki-laki. Perempuan bisa menjadi korban rayuan pedagang perempuan untuk bisnis seks," kata Nori.
Dengan mengaplikasikan berbagai upaya perlindungan ini, orangtua bisa menyelamatkan anak perempuan dari layanan bisnis seks, yang lebih banyak menempatkan perempuan sebagai korban.
source