Isu pemblokiran layanan BlackBerry masih menjadi topik panas di jagat teknologi Tanah Air. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus mendesak Research In Motion (RIM) untuk menempatkan server-nya di Indonesia.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring, melalui akun Twitternya, dari layanan BlackBerry yang memiliki sekitar 3 juta pelanggan di Indonesia, RIM sukses mengantungi pendapatan bersih sebesar Rp189 miliar per bulan atau Rp2,26 triliun per tahun.
"CATAT: RIM Tanpa bayar pajak sepeser pun kepada RI, tanpa bangun infrastruktur jaringan apa pun di RI. Seluruh jaringan adalah milik 6 operator di INA (Indonesia)," ujar Tifatul, kemarin.
Bagi negara, pembangunan server RIM di Indonesia akan berdampak besar bagi kepentingan proses hukum, termasuk mengakses data pelaku kejahatan. Selain itu, RIM juga harus memenuhi kewajiban pajak atas badan yang bertanggung jawab di Indonesia sekaligus infrastrukturnya pada negara.
Lantas, apa pengaruh penempatan server RIM di Indonesia bagi pengguna BlackBerry?
Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi mengatakan pengguna BlackBerry akan segera merasakan dampaknya langsung di sisi tarif.
Sebagaimana diketahui, dia memaparkan, tarif langganan BlackBerry yang dibayarkan operator kepada RIM secara rata-rata adalah US$4, atau sekitar Rp36.000, per satu pelanggan per bulan.
"Operator-operator penyedia layanan BlackBerry menetapkan tarif langganan di kisaran Rp100 ribu. Nah, tarif ini tak cuma mencakup komponen yang dibayarkan pada RIM sebesar US$4, tetapi juga termasuk biaya hak pakai jaringan telekomunikasi dan laba untuk operator," Heru menjelaskan.
Namun, jika server RIM ditempatkan di Indonesia, dia memperkirakan, tarif yang terpangkas bisa sampai 30 persen. "Karena ada beberapa komponen pembayaran yang bisa dihilangkan, terutama di biaya hak pakai infrastruktur," tandas Heru. "Angka 30 persen ini adalah maksimal. Bisa variatif. Pasalnya, komponen pembayaran masing-masing operator pada RIM berbeda-beda. Ada yang lebih murah dan lebih mahal dari 4 dolar AS," imbuhnya.
Selain tarif, dampak penempatan server pada pelanggan adalah akses data atau Internet yang lebih cepat, terutama dalam mengakses konten lokal. "Selama ini, untuk membuka situs lokal saja, trafik data pelanggan harus ke luar negeri dulu. Asumsinya, trafik pelanggan harus ke Kanada dulu karena kantor pusat mereka ada di sana. Otomatis pelanggan harus menunggu lebih lama," ujar Heru.
"Jika dibangun server lokal, akses ke konten-konten lokal akan lebih cepat dan ringan. Selain itu, di sisi operator pun lebih efisien karena ada biaya yang terpangkas, yakni pemakaian link bandwidth internasional," ujarnya, menutup pembicaraan.
source
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring, melalui akun Twitternya, dari layanan BlackBerry yang memiliki sekitar 3 juta pelanggan di Indonesia, RIM sukses mengantungi pendapatan bersih sebesar Rp189 miliar per bulan atau Rp2,26 triliun per tahun.
"CATAT: RIM Tanpa bayar pajak sepeser pun kepada RI, tanpa bangun infrastruktur jaringan apa pun di RI. Seluruh jaringan adalah milik 6 operator di INA (Indonesia)," ujar Tifatul, kemarin.
Bagi negara, pembangunan server RIM di Indonesia akan berdampak besar bagi kepentingan proses hukum, termasuk mengakses data pelaku kejahatan. Selain itu, RIM juga harus memenuhi kewajiban pajak atas badan yang bertanggung jawab di Indonesia sekaligus infrastrukturnya pada negara.
Lantas, apa pengaruh penempatan server RIM di Indonesia bagi pengguna BlackBerry?
Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi mengatakan pengguna BlackBerry akan segera merasakan dampaknya langsung di sisi tarif.
Sebagaimana diketahui, dia memaparkan, tarif langganan BlackBerry yang dibayarkan operator kepada RIM secara rata-rata adalah US$4, atau sekitar Rp36.000, per satu pelanggan per bulan.
"Operator-operator penyedia layanan BlackBerry menetapkan tarif langganan di kisaran Rp100 ribu. Nah, tarif ini tak cuma mencakup komponen yang dibayarkan pada RIM sebesar US$4, tetapi juga termasuk biaya hak pakai jaringan telekomunikasi dan laba untuk operator," Heru menjelaskan.
Namun, jika server RIM ditempatkan di Indonesia, dia memperkirakan, tarif yang terpangkas bisa sampai 30 persen. "Karena ada beberapa komponen pembayaran yang bisa dihilangkan, terutama di biaya hak pakai infrastruktur," tandas Heru. "Angka 30 persen ini adalah maksimal. Bisa variatif. Pasalnya, komponen pembayaran masing-masing operator pada RIM berbeda-beda. Ada yang lebih murah dan lebih mahal dari 4 dolar AS," imbuhnya.
Selain tarif, dampak penempatan server pada pelanggan adalah akses data atau Internet yang lebih cepat, terutama dalam mengakses konten lokal. "Selama ini, untuk membuka situs lokal saja, trafik data pelanggan harus ke luar negeri dulu. Asumsinya, trafik pelanggan harus ke Kanada dulu karena kantor pusat mereka ada di sana. Otomatis pelanggan harus menunggu lebih lama," ujar Heru.
"Jika dibangun server lokal, akses ke konten-konten lokal akan lebih cepat dan ringan. Selain itu, di sisi operator pun lebih efisien karena ada biaya yang terpangkas, yakni pemakaian link bandwidth internasional," ujarnya, menutup pembicaraan.
source