Sudah sejak lama burung merpati diketahui mampu menemukan jalan pulang dari jarak ratusan kilometer. Kemampuan mengagumkan ini memicu manusia memanfaatkan merpati untuk membawa pesan, bahkan sampai penyelundupan narkoba.
Peneliti memperkirakan, keahlian menemukan jalan pulang ini dikarenakan merpati mampu mendeteksi medan magnet Bumi. Mereka memiliki kompas internal yang membimbing arah mereka.
Namun kini peneliti di Italia membuktikan hal lain. Ternyata, merpati sangat mengandalkan indra penciuman mereka untuk mengendus arah. Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan pada Journal of Experimental Biology, merpati yang lubang hidung kanannya ditutup tidak mampu membuat peta arah yang memandu mereka pulang.
Pada percobaan, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Anna Gagliardo dari Universita di Pisa, Italia menutup salah satu lubang hidung merpati yang tumbuh besar di sekitar Pisa, baik kiri ataupun kanan.
Mereka kemudian melepas merpati dari Cigoli, berjarak 40 kilometer dari Pisa dan mengikuti jalan pulang burung itu menggunakan pelacak GPS.
Setelah menganalisa jalur penerbangan burung, Gagliardo dan rekan-rekannya dapat melihat bahwa merpati yang tidak bisa bernafas lewat hidung kanan mengambil rute yang lebih berliku.
Merpati yang hidung kanannya ditutup juga mendarat dan berhenti sejenak lebih sering dibanding merpati yang hidung kirinya ditutup. Ini membuat mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di rumah.
Pada penlitian, tim juga menemukan bahwa saat merpati tinggal di sarangnya, mereka mempelajari arah dari mana bau berasal. Tampaknya merpati membangun peta seputar bau-bauan. Peta ini cukup akurat untuk memandu mereka mencari arah pulang sampai merpati menemukan tanda-tanda di darat yang bisa menjadi petunjuk tambahan.
“Bau merupakan petunjuk penting yang memungkinkan mereka mengetahui di mana mereka berada dan di mana arah pulang,” kata Gagliardo, seperti dikutip dari BBC, 28 Januari 2011. “Bau yang dicium lewat hidung kanan membantu burung merekonstruksi peta navigasi,” ucapnya.
source
Peneliti memperkirakan, keahlian menemukan jalan pulang ini dikarenakan merpati mampu mendeteksi medan magnet Bumi. Mereka memiliki kompas internal yang membimbing arah mereka.
Namun kini peneliti di Italia membuktikan hal lain. Ternyata, merpati sangat mengandalkan indra penciuman mereka untuk mengendus arah. Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan pada Journal of Experimental Biology, merpati yang lubang hidung kanannya ditutup tidak mampu membuat peta arah yang memandu mereka pulang.
Pada percobaan, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Anna Gagliardo dari Universita di Pisa, Italia menutup salah satu lubang hidung merpati yang tumbuh besar di sekitar Pisa, baik kiri ataupun kanan.
Mereka kemudian melepas merpati dari Cigoli, berjarak 40 kilometer dari Pisa dan mengikuti jalan pulang burung itu menggunakan pelacak GPS.
Setelah menganalisa jalur penerbangan burung, Gagliardo dan rekan-rekannya dapat melihat bahwa merpati yang tidak bisa bernafas lewat hidung kanan mengambil rute yang lebih berliku.
Merpati yang hidung kanannya ditutup juga mendarat dan berhenti sejenak lebih sering dibanding merpati yang hidung kirinya ditutup. Ini membuat mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di rumah.
Pada penlitian, tim juga menemukan bahwa saat merpati tinggal di sarangnya, mereka mempelajari arah dari mana bau berasal. Tampaknya merpati membangun peta seputar bau-bauan. Peta ini cukup akurat untuk memandu mereka mencari arah pulang sampai merpati menemukan tanda-tanda di darat yang bisa menjadi petunjuk tambahan.
“Bau merupakan petunjuk penting yang memungkinkan mereka mengetahui di mana mereka berada dan di mana arah pulang,” kata Gagliardo, seperti dikutip dari BBC, 28 Januari 2011. “Bau yang dicium lewat hidung kanan membantu burung merekonstruksi peta navigasi,” ucapnya.
source