JAKARTA - Kenaikan harga cabai hingga mencapai Rp100 ribu per kilogram (kg) menarik perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hari ini, untuk pertama kalinya masalah harga cabai dibahas dalam rapat kabinet paripurna di Kantor Presiden.
Sebelumnya harga cabai tidak pernah dibicarakan, karena memang bukan kebutuhan primer dan termasuk barang yang mudah rusak sehingga tak bisa dibuat cadangannya di gudang layaknya beras.
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan yang mengikuti sidang tersebut mengatakan, Presiden telah menginstruksikan BPS untuk mempelajari cabai dari sisi ekonomi dengan menghitung biaya produksi, durasi tanam dan nilai jual pada umumnya. Dengan demikian, pemerintah bisa mengetahui berapa harga cabai yang wajar.
"Ketika (harga) cabai jatuh enggak ada yang ribut meski petani menderita juga. Presiden meminta coba dipotret persoalan cabai ini, ekonomi percabaian ini. Bagaimana kok membuat hal yang tadinya tidak dalam hitungan ini menjadi heboh. Jadi baru kali ini cabai masuk sidang kabinet," katanya kepada wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (6/1/2011).
Rusman menambahkan, selain BPS, Presiden juga memerintahkan Kementerian Pertanian untuk melakukan survei dan mempelajari apakah ada teknologi pertanian yang bisa menjamin produksi cabai meskipun musim hujan. Sebab, seperti dijelaskan Menteri Pertanian Suswono, kenaikan harga cabai saat ini diakibatkan hujan yang terus menguyur sepanjang tahun 2010.
"Demand itu stabil, yang enggak (stabil) supply karena alam. Ketika demand stabil, supply enggak persoalannya ya ke harga. Ini persoalan faktor supplynya, Kementerian Pertanian akan melihat ada enggak bibit unggul cabai, misalnya," kata Rusman.
sumber
Sebelumnya harga cabai tidak pernah dibicarakan, karena memang bukan kebutuhan primer dan termasuk barang yang mudah rusak sehingga tak bisa dibuat cadangannya di gudang layaknya beras.
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan yang mengikuti sidang tersebut mengatakan, Presiden telah menginstruksikan BPS untuk mempelajari cabai dari sisi ekonomi dengan menghitung biaya produksi, durasi tanam dan nilai jual pada umumnya. Dengan demikian, pemerintah bisa mengetahui berapa harga cabai yang wajar.
"Ketika (harga) cabai jatuh enggak ada yang ribut meski petani menderita juga. Presiden meminta coba dipotret persoalan cabai ini, ekonomi percabaian ini. Bagaimana kok membuat hal yang tadinya tidak dalam hitungan ini menjadi heboh. Jadi baru kali ini cabai masuk sidang kabinet," katanya kepada wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (6/1/2011).
Rusman menambahkan, selain BPS, Presiden juga memerintahkan Kementerian Pertanian untuk melakukan survei dan mempelajari apakah ada teknologi pertanian yang bisa menjamin produksi cabai meskipun musim hujan. Sebab, seperti dijelaskan Menteri Pertanian Suswono, kenaikan harga cabai saat ini diakibatkan hujan yang terus menguyur sepanjang tahun 2010.
"Demand itu stabil, yang enggak (stabil) supply karena alam. Ketika demand stabil, supply enggak persoalannya ya ke harga. Ini persoalan faktor supplynya, Kementerian Pertanian akan melihat ada enggak bibit unggul cabai, misalnya," kata Rusman.
sumber