Minggu, 06 Maret 2011

Wanita di Kampung Ini Lebih Pilih Dipoligami Dari Pada Membuka Cadar

Saat ditanya bagaimana bisa memiliki anak tanpa mengizinkan suami  melihat wajah dan tubuhnya, al-Gahdaray menjawab, "Pernikahan itu  tentang cinta, bukan wajah."

Pernikahan itu terjalin selama tiga dekade. Anehnya, sang suami sama sekali belum pernah melihat wajah istrinya. Hanya mata yang bisa dipandang selama hidup bersama. Sepanjang hidupnya, sang istri selalu mengenakan burka, busana tertutup bagi wanita muslim yang hanya memperlihatkan area mata. Bahkan, tidur pun mengenakan busana itu.

Saat ditanya bagaimana bisa memiliki anak tanpa mengizinkan suami melihat wajah dan tubuhnya, al-Gahdaray menjawab, "Pernikahan itu tentang cinta, bukan wajah."

Selama 30 tahun menjalani pernikahan tanpa melihat wajah istri ternyata tak mengubur rasa penasaran sang suami. Diam-diam, pria ini nekat menyingkap cadar di wajah istrinya yang tengah lelap tertidur. Hanya, jawaban atas rasa penasarannya itu harus dibayar ‘mahal’ dengan gugatan cerai sang istri, 2008 silam. Sang istri yang sudah berusia 50-an tahun merasa dikhianati. Ia bulat menghendaki perceraian, meski suami sudah berulang kali meminta maaf dan berjanji tak mengulangi perbuatannya.

http://media.vivanews.com/images/2009/10/07/77547_dua_wanita_mengenakan_cadar__niqab__berjalan_di_kairo__mesir_.jpg

“Setelah sekian tahun, dia (suami) mencoba melanggar komitmen, ini sudah kesalahan besar,” kata sang istri kepada koran setempat, Al-Riyadh, seperti dikutip dari laman Daily Mail. Apa yang dilakukan wanita itu merupakan bentuk kepatuhan terhadap tradisi yang tumbuh subur di kampungnya, tak jauh dari Khamis Mushayt, wilayah barat daya Arab Saudi. Bukan ajaran Islam, namun tradisi ini tumbuh subur di sejumlah kawasan terpencil di beberapa negara Teluk.

Itu pun bukan satu-satunya kasus. Seorang pria bernama Ali al-Qahtani juga menerima ancaman cerai ketika mencoba membuka cadar istrinya setelah 10 tahun pernikahan. Beruntung ia dimaafkan setelah berjanji tak akan mengulangi perbuatannya. Sementara Hassan Al-Atibi mengancam akan menikah lagi jika istrinya tak bersedia membuka cadar. Bukannya terancam, sang istri malah mencarikan wanita yang tak menganut tradisi itu untuk dijadikan istri kedua. Merelakan suaminya poligami agaknya lebih baik daripada menunjukkan wajahnya ke suami.

Om Rabea al-Gahdaray, 70, salah satu wanita yang menjalani tradisi ini mengatakan bahwa suami tidak boleh melanggar komitmen yang telah disepakati sebelum pernikahan. Suami tak boleh mengubah tradisi yang telah terbangun sejak zaman lelulur mereka. Saat ditanya bagaimana bisa memiliki anak tanpa mengizinkan suami melihat wajah dan tubuhnya, al-Gahdaray menjawab, “Pernikahan itu tentang cinta, bukan wajah.”

ruanghati