Danau air asin terbesar di Timur Tengah dan terbesar ketiga di dunia, Oroumieh, yang terletak di Iran terancam musnah. Danau ini kini telah menjadi ladang garam raksasa lantaran airnya kering akibat salah penanganan distribusi pengairan.
Dilansir dari laman Associated Press, danau seluas 5.200 km persegi dan berkedalaman 16 meter ini dulunya adalah tempat migrasi burung flamingo, pelikan, dan camar laut.
Kini yang tersisa hanya hamparan putih garam karena sebanyak 60 persen airnya menyusut dan diperkirakan akan surut total beberapa tahun lagi.
Akibat peristiwa ini, pariwisata di sekitar danau lumpuh. Beberapa orang pengusaha penyewaan kapal terpaksa menambatkan kapalnya karena tidak bisa lagi berlayar. Titik terdalam Oroumieh sekarang hanya sekitar dua meter, perahu penumpang kecilpun tidak akan bisa jalan. Angin yang membawa serta garam dari danau juga berpotensi merusak wilayah pertanian yang berada disekitarnya.
"Angin bergaram tidak hanya berakibat buruk bagi wilayah sekitar, tapi juga merusak pertanian di wilayah yang jauh dari lokasi," ujar Masoud Mohammadian, petugas pertanian di Teheran.
Pemerintah Iran mengatakan bahwa kekeringan sungai Oroumieh antara lain disebabkan oleh musim kemarau panjang dan irigasi yang berlebihan. Selain itu, pembangunan bendungan di sekitar danau sedikit banyak juga menyumbangkan kerusakan. Sebenarnya masalah ini telah muncul sejak 90an, tapi pemerintah Iran tetap saja membangun 35 bendungan di sungai-sungai yang bermuara di danau ini.
Nasser Agh, dosen lingkungan di Universitas Tabriz Sahand, mengatakan bahwa kesalahan perhitungan siklus musim kemarau para ahli juga menyebabkan kekeringan danau. "Para ahli awalnya mengira kemarau kali ini adalah siklus 10 tahunan, tapi ternyata kekeringan akibat kemarau masih terus berlanjut," ujarnya.
Wakil presiden Iran, Mohammad Javad Mohammadizadeh, mengatakan bahwa pemerintah telah menetapkan tiga tahap pengendalian cuaca untuk mencegah kekeringan total. Namun, rencana pemerintah ini dipandang pesimistis oleh para ahli.
Ismail Kahram, profesor di Universitas Tehran Azad mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengisi air danau Oroumieh adalah dengan melepaskan sebagian air di sungai yang dibendung. "Danau menjadi menderita akibat bendungan-bendungan tersebut. Pemerintah harus melepaskan 20 persen air dari bendungan," ujar Kahram.
Ahli lainnya, Mostafa Ghanbari, dari Kelompok Penyelamat Danau Oroumieh mengatakan bahwa satu-satunya jalan untuk menyelamatkan danau adalah memasukkan air dari laut Kaspia. Hal ini, ujarnya, dapat dilakukan dengan memompa air dari jarak 700 kilometer jauhnya.
Eskandar Khanjari, wartawan lokal, mengatakan bahwa semua rencana tersebut hanyalah sebuah rencana belaka. Dia mengatakan bahwa satu-satunya jalan adalah menunggu hujan memenuhi sungai. "Sepertinya masyarakat hanya punya satu jalan, yaitu berdoa minta hujan," ujarnya. (eh)
Dilansir dari laman Associated Press, danau seluas 5.200 km persegi dan berkedalaman 16 meter ini dulunya adalah tempat migrasi burung flamingo, pelikan, dan camar laut.
Kini yang tersisa hanya hamparan putih garam karena sebanyak 60 persen airnya menyusut dan diperkirakan akan surut total beberapa tahun lagi.
Akibat peristiwa ini, pariwisata di sekitar danau lumpuh. Beberapa orang pengusaha penyewaan kapal terpaksa menambatkan kapalnya karena tidak bisa lagi berlayar. Titik terdalam Oroumieh sekarang hanya sekitar dua meter, perahu penumpang kecilpun tidak akan bisa jalan. Angin yang membawa serta garam dari danau juga berpotensi merusak wilayah pertanian yang berada disekitarnya.
"Angin bergaram tidak hanya berakibat buruk bagi wilayah sekitar, tapi juga merusak pertanian di wilayah yang jauh dari lokasi," ujar Masoud Mohammadian, petugas pertanian di Teheran.
Pemerintah Iran mengatakan bahwa kekeringan sungai Oroumieh antara lain disebabkan oleh musim kemarau panjang dan irigasi yang berlebihan. Selain itu, pembangunan bendungan di sekitar danau sedikit banyak juga menyumbangkan kerusakan. Sebenarnya masalah ini telah muncul sejak 90an, tapi pemerintah Iran tetap saja membangun 35 bendungan di sungai-sungai yang bermuara di danau ini.
Nasser Agh, dosen lingkungan di Universitas Tabriz Sahand, mengatakan bahwa kesalahan perhitungan siklus musim kemarau para ahli juga menyebabkan kekeringan danau. "Para ahli awalnya mengira kemarau kali ini adalah siklus 10 tahunan, tapi ternyata kekeringan akibat kemarau masih terus berlanjut," ujarnya.
Wakil presiden Iran, Mohammad Javad Mohammadizadeh, mengatakan bahwa pemerintah telah menetapkan tiga tahap pengendalian cuaca untuk mencegah kekeringan total. Namun, rencana pemerintah ini dipandang pesimistis oleh para ahli.
Ismail Kahram, profesor di Universitas Tehran Azad mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengisi air danau Oroumieh adalah dengan melepaskan sebagian air di sungai yang dibendung. "Danau menjadi menderita akibat bendungan-bendungan tersebut. Pemerintah harus melepaskan 20 persen air dari bendungan," ujar Kahram.
Ahli lainnya, Mostafa Ghanbari, dari Kelompok Penyelamat Danau Oroumieh mengatakan bahwa satu-satunya jalan untuk menyelamatkan danau adalah memasukkan air dari laut Kaspia. Hal ini, ujarnya, dapat dilakukan dengan memompa air dari jarak 700 kilometer jauhnya.
Eskandar Khanjari, wartawan lokal, mengatakan bahwa semua rencana tersebut hanyalah sebuah rencana belaka. Dia mengatakan bahwa satu-satunya jalan adalah menunggu hujan memenuhi sungai. "Sepertinya masyarakat hanya punya satu jalan, yaitu berdoa minta hujan," ujarnya. (eh)