Malam ini udara dingin sekali. Dua hari lagi hari raya Imlek akan tiba. Vivin yang sedang berdiri di halte, mengusap-usap telapak tangannya untuk mengusir dingin. Sayup-sayup terdengar suara burung hantu di kejauhan. Vivin mengutuk bossnya dalam hati, karena memaksanya berangkat pada jam yang sangat tidak menyenangkan ini. Vivin ditugaskan untuk mengantarkan sebuah paket ke sebuah gudang tua di ujung kota. Perjalanan ke sana memerlukan waktu sekitar setengah jam, dan satu-satunya jenis angkutan umum yang tersedia adalah bis bertingkat yang sudah tua dan jalannya lambat.
Setelah menunggu lama, akhirnya bis itu muncul. Vivin pun naik. Hanya ada beberapa penumpang saja yang terlihat. Vivin terus melangkah menuju tangga karena dia memutuskan untuk duduk di tingkat atas saja.
Tetapi langkahnya dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga.
Nenek itu berkata,
"Jangan naik ke atas, nak. Di atas berbahaya.".
Vivin terkejut. Dia pernah mendengar kisah-kisah menyeramkan tentang bis bertingkat seperti yang pernah diceritakan teman-temannya. Karena merasa ngeri, Vivin pun mengurungkan niatnya untuk naik ke atas.
Setelah memilih sebuah bangku yang agak jauh, Vivin duduk sambil membayangkan hal-hal yang mengerikan yang mungkin terjadi.
Perjalanan 30 menit yang menegangkan itu pun akhirnya dapat dilalui. Vivin telah sampai di tempat tujuannya, ketika bis bertingkat itu berhenti di sebuah halte.
Vivin turun sambil menarik nafas lega, sementara bis itu kembali melanjutkan perjalanannya.
Keesokan malamnya, satu malam sebelum malam Imlek, Vivin kembali ditugaskan bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama. Vivin pun kembali berangkat menuju halte.
Keesokan harinya, tepat pada malam Imlek, Vivin kembali diberi tugas oleh bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama dengan sebelumnya.
Vivin menunggu bis di halte sambil melihat ke sekelillingnya. Suasana kota terlihat meriah. Lampion dan hiasan berwarna warni menghiasi sudut-sudut jalan.
Ketika bis bertingkat yang ditunggunya datang, Vivin naik. Bis itu adalah bis yang sama dengan yang kemarin. Vivin melihat ke arah bangku di dekat tangga, dan benar saja, nenek yang sama dengan yang kemarin terlihat duduk di situ.
Vivin lalu mendekati nenek keriput itu. Sebelum nenek itu berkata apa-apa, Vivin mendahuluinya,
"Nek, apapun yang akan Nenek katakan, saya tetap akan naik dan duduk di atas. Malam ini adalah malam Imlek dan suasana kota begitu meriahnya, saya tidak takut akan sesuatupun."
Tanpa menunggu jawaban apa-apa dari nenek tua itu, Vivin lalu naik ke atas. Tidak ada penumpang satu orang pun di atas.
Vivin memilih untuk duduk di dekat jendela, dan menunggu dengan perasaan tegang. Tetapi hingga 30 menit berlalu, tidak terjadi apa-apa.
Akhirnya Vivin sampai di tempat tujuan, dan bis itu berhenti di sebuah halte. Vivin turun dari tingkat atas dan mencari si nenek keriput di dekat tangga.
Setelah bertemu, lalu Vivin bertanya,
"Nek, kenapa sih, Nenek melarang penumpang untuk naik ke atas? Saya sudah mencoba sendiri, ternyata di atas tidak ada apa-apa yang membahayakan. Sebenarnya ada apa sih, nek?"
Sambil menunjukkan jarinya ke atas, nenek keriput itu menjawab,
"Di atas berbahaya, nak. Tidak ada supirnya."
Setelah menunggu lama, akhirnya bis itu muncul. Vivin pun naik. Hanya ada beberapa penumpang saja yang terlihat. Vivin terus melangkah menuju tangga karena dia memutuskan untuk duduk di tingkat atas saja.
Tetapi langkahnya dihentikan oleh seorang nenek keriput yang duduk di dekat tangga.
Nenek itu berkata,
"Jangan naik ke atas, nak. Di atas berbahaya.".
Vivin terkejut. Dia pernah mendengar kisah-kisah menyeramkan tentang bis bertingkat seperti yang pernah diceritakan teman-temannya. Karena merasa ngeri, Vivin pun mengurungkan niatnya untuk naik ke atas.
Setelah memilih sebuah bangku yang agak jauh, Vivin duduk sambil membayangkan hal-hal yang mengerikan yang mungkin terjadi.
Perjalanan 30 menit yang menegangkan itu pun akhirnya dapat dilalui. Vivin telah sampai di tempat tujuannya, ketika bis bertingkat itu berhenti di sebuah halte.
Vivin turun sambil menarik nafas lega, sementara bis itu kembali melanjutkan perjalanannya.
Keesokan malamnya, satu malam sebelum malam Imlek, Vivin kembali ditugaskan bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama. Vivin pun kembali berangkat menuju halte.
Keesokan harinya, tepat pada malam Imlek, Vivin kembali diberi tugas oleh bossnya untuk mengantarkan sebuah paket lagi ke gudang yang sama dengan sebelumnya.
Vivin menunggu bis di halte sambil melihat ke sekelillingnya. Suasana kota terlihat meriah. Lampion dan hiasan berwarna warni menghiasi sudut-sudut jalan.
Ketika bis bertingkat yang ditunggunya datang, Vivin naik. Bis itu adalah bis yang sama dengan yang kemarin. Vivin melihat ke arah bangku di dekat tangga, dan benar saja, nenek yang sama dengan yang kemarin terlihat duduk di situ.
Vivin lalu mendekati nenek keriput itu. Sebelum nenek itu berkata apa-apa, Vivin mendahuluinya,
"Nek, apapun yang akan Nenek katakan, saya tetap akan naik dan duduk di atas. Malam ini adalah malam Imlek dan suasana kota begitu meriahnya, saya tidak takut akan sesuatupun."
Tanpa menunggu jawaban apa-apa dari nenek tua itu, Vivin lalu naik ke atas. Tidak ada penumpang satu orang pun di atas.
Vivin memilih untuk duduk di dekat jendela, dan menunggu dengan perasaan tegang. Tetapi hingga 30 menit berlalu, tidak terjadi apa-apa.
Akhirnya Vivin sampai di tempat tujuan, dan bis itu berhenti di sebuah halte. Vivin turun dari tingkat atas dan mencari si nenek keriput di dekat tangga.
Setelah bertemu, lalu Vivin bertanya,
"Nek, kenapa sih, Nenek melarang penumpang untuk naik ke atas? Saya sudah mencoba sendiri, ternyata di atas tidak ada apa-apa yang membahayakan. Sebenarnya ada apa sih, nek?"
Sambil menunjukkan jarinya ke atas, nenek keriput itu menjawab,
"Di atas berbahaya, nak. Tidak ada supirnya."