Senin, 07 Maret 2011

FOTO VIDEO OMED-OMEDAN, FESTIVAL TRADISI CIUMAN MUDA-MUDI DI BALI SEHARI PASCA NYEPI



Sehari pascaNyepi, sebuah banjar di Desa Sesetan, Denpasar, Bali selalu menggelar tradisi unik yang hanya satu-satunya di Pulau Dewata. Banjar Kaja yang terletak di sebelah selatan kota Denpasar ini memiliki tradisi Omed-omedan atau festival ciuman antar pemuda dan pemudi banjar setempat.

Tahun ini, sedikitnya 50 muda-mudi yang telah beranjak dewasa turut serta dalam festival warisan leluhur ini. Festival diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Banjar dan seluruh peserta wajib mengikuti prosesi ini supaya diberi kelancaran dan keselamatan saat ciuman nanti. Usai sembahyang para muda-mudi ini dibagi dua kelompok. Yang pertama adalah kelompok pria, dan satunya lagi adalah kelompok wanita.





Para "tetua" atau orang yang dituakan di desa tersebut menjadi "wasit" festival ciuman ini. Jika para "tetua" memberi aba-aba mulai! maka kedua kelompok yang saling berhadap-hadapan ini menunjuk salah satu wakilnya untuk diarak ke depan dan beradu ciuman dengan wakil dari kelompok lain. Biasanya jika sudah terjadi adu mulut, peserta pria lebih bernafsu melumat bibir "lawan"nya yang tampak malu-malu tapi mau.

http://i985.photobucket.com/albums/ae331/catatandika/bb.jpg

Untuk menghindari ciuman semakin panas, para tetua dibantu panitia mengguyurkan air kepada seluruh peserta omed-omedan ini. Namun, tak hanya peserta, para penonton, fotografer dan kamerawan yang mengambil gambar terlalu dekat juga harus rela untuk diguyur dengan air satu ember.

http://dewarama.files.wordpress.com/2009/03/omed_omedan.jpg

Baku cium antar muda-mudi ini dilakukan berulang-ulang hingga "wasit" menghentikannya. Sekitar satu jam festival yang ditonton ribuan wisatawan dan warga ini akhirnya usai. Seluruh peserta kembali ke Pura Banjar untuk diperciki air tirta.

Ayu Prambandari, salah seorang peserta omed-omedan ini sempat merasa canggung saat berciuman dengan peserta pria karena tidak saling kenal. "Deg-degan sih, kan kaget dapetnya sama siapa. Kalau di sini kita tidak tahu ciuman sama siapa jadi rada canggung, kalau sama pacar kan beda," kata gadis 20 tahun ini.

http://stat.kompasiana.com/files/2010/10/omed6-300x224.jpg

Ayu yang sudah 7 kali mengikuti omed-omedan ini mengaku antusias menjadi peserta karena ingin melestarikan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun ini. "Orang tua kita dulu kan juga ikut, ini sudah adat takutnya ntar kalau gak ikut ada apa-apa," imbuhnya.

Tradisi omed-omedan ini dimulai pada abad ke-17. Sebelumnya tradisi ini dilakukan pada saat hari raya Nyepi, namun pada tahun 1978 diputuskan untuk menggantinya pada saat Ngembak Geni, atau sehari pasca Nyepi. "Tradisi ini hanya luapan kegembiraan teruna teruni pada saat melakukan omed-omedan di hari ngembak geni," ujar I Gusti Ngurah Oka Putra, tokoh masyarakat Banjar kaja.

Selain bentuk penghormatan terhadap leluhur, omed-omedan ini digelar untuk semakin meningkatkan rasa kesetiakawanan dan solidaritas antar warga khususnya para pemuda dan pemudi.

kompas

Mengerikan, Badan Antariksa India Temukan Gua Raksasa di Permukaan Bulan



Organisasi peneliti ruang angkasa dari India menemukan gua bawah tanah berukuran besar di dekat ekuator Bulan. Gua raksasa yang ditemukan pesawat luar angkasa Chandrayaan-1 ini memiliki panjang lebih dari 1,7 kilometer dan lebar 120 meter.

Para peneliti India mengutarakan kemungkinan penggunaan gua ini sebagai tempat manusia di masa yang akan datang. Gua tersebut dapat digunakan sebagai tempat perlindungan dari radiasi, tabrakan meteor kecil, debu, dan perubahan temperatur yang ekstrem karena perubahan struktur lava.

Para ilmuwan juga menunjukkan kalau gua itu hanya butuh sedikit konstruksi dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembuatan tameng khusus untuk menghadapi lingkungan bulan.

Temuan ini merupakan temuan gua lainnya di Bulan. Pada tahun 2009, badan antariksa Jepang JAXA mengumumkan temuan lubang di bulan yang cukup besar untuk ditempati manusia. Gua temuan JAZA ini berukuran 65 meter dan memiliki dalam 88 meter.

kompas

Akhirnya, Rambut Justin Bieber Laku Terjual Rp 357 Juta

img

Banyak penawar berminat membeli sisa rambut Justin Bieber yang dilelang pada acara Ellen DeGeneres Show beberapa hari lalu. Sampai akhirnya Rabu (2/3/2011) malam, rambut Bieber telah laku dengan harga yang fantastis.

Pelantun 'Baby' itu memang bisa menjual segalanya. Mulai dari album lagunya, cat kuku sampai sisa rambutnya pun laku terjual.

Seperti dikutip dari People, pelelangan rambut yang dilakukan di eBay dilepas dengan harga US$ 40.668 atau sekitar Rp 357 juta (US$ 1 = Rp 8.700). Jumlah keseluruhan akan disumbangkan untuk organisasi penyelamatan hewan, The Gentle Barn Foundation. Belum diketahui siapa yang berminat membeli rambut sisa Justin Bieber itu.

Setelah diumumkan pelelangan rambut Justin Bieber di acara Ellen DeGeneres Show yang dilakukan di eBay, dalam waktu satu jam tawaran itu sudah sampai US$ 10 ribu. Pada 28 Februari lalu, rambut tersebut dihargai US$ 12 ribu dan sudah ada 65 orang yang menawar.

wolipop

Populasi Berkurang Drastis, Singa diperkirakan Akan Punah 15 Tahun Lagi

http://7wolu.blogspot.com/

Populasi singa sudah sangat kritis saat ini. Jika tidak ada upaya konservasi, singa akan benar-benar habis 15 tahun mendatang.

Pada tahun 1960, terdapat 400.000 singa yang hidup di alam liar. Tapi pada saat ini, tersisa hanya 20.000 ekor singa. Sebuah fakta yang menunjukkan adanya penurunan cukup besar--hingga 95 persen--bagi populasi singa.

Hal ini disampaikan oleh Dereck Joubert yang bersama dengan istrinya Beverly tinggal di tengah-tengah kehidupan rimba Botswana selama puluhan tahun. Pasangan ini merupakan penjelajah dan konservasionis yang biasa mengerjakan proyek dokumenter seputar lingkungan alam. Pada proyek terakhir, mereka mengikuti dan merekam kehidupan singa liar yang hidup di Delta Okavango, Botswana.

Film dokumenter berjudul "The Last Lions" ini menggambarkan perjuangan singa mempertahankan diri dan wilayah teritorinya dari pemangsa. Dokumenter juga menampilkan gambar-gambar dramatis, termasuk perkelahian buas antarsinga saat memperebutkan binatang buruan atau air, yang seringkali berakhir pada kematian salah satu pihak.

Mengutip perkataan Joubert, "Kecuali kita mulai mengupayakan pencegahan masalah ini dari sekarang, singa-singa akan punah dalam lima belas tahun ke depan."

nationalgeographic.co.id

Sejarah Kebesaran Kerajaan Sriwijaya dan Pengaruhnya dimasa Kini

http://pitu8.blogspot.com 7wolu.blogspot.com

Kerajaan Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya) adalah salah satu kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti “bercahaya” dan wijaya berarti “kemenangan”.

Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.

Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient.

Historiografi
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang). Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).

Pembentukan dan pertumbuhan
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat.

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.

Agama dan Budaya
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, serta di abad ke-11, Atisha, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.

Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718. Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah. Pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.

Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara.

Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

Relasi dengan kekuatan regional
Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan pada kawasan di Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti.

Pada masa awal kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut, pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan dinasti Chola di selatan India juga cukup baik, dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan di abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bahagian dari dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts’i membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079, pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan.

Masa keemasan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di Jawa, dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.

Penurunan
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijya, berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu. Selama beberapa dekade berikutnya seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts’i ke Cina tahun 1028.

Antara tahun 1079 – 1088, kronik Tionghoa mencatat bahwa San-fo-ts’i masih mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 mengirimkan utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian juga mengirimankan utusan berikutnya di tahun 1088. Namun akibat invasi Rajendra Chola I, hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah, beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts’i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts’i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-t’ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts’ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t’a (Sungai Paka, pantai timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t’o (Sunda).

Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja Singhasari mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama, yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit juga sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.

Struktur pemerintahan
Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.

Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya.

Warisan sejarah
Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan. Bagi penduduk Palembang, keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai (Sriwijaya) yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.

Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini telah melekat dengan kota Palembang dan Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang dinamakan berdasarkan kedatuan Sriwijaya. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang), semua dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.

source: http://pitu8.blogspot.com/2011/03/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

Inilah Jawaban Atas Dampak Kelangkaan Bahan Pangan Pada Saat Pemanasan Global Nanti

hewan serangga, jenis binatang melata, pemanasan global, global warming, cara mencegah global warming

Begitu nyatanya dampak pemanasan global sampai sampai hal yang sepertinya mustahil pelan - pelan menjadi nyata seperti isu bumi akan kehabisan makanan.

Akhirnya Serangga lah yang akan menjadi alternatif baru. Makan serangga kabarnya menjadi cara efektif menyelamatkan hutan hujan dan mengurangi emisi karbon global. Hal ini guna memperbaiki diet dan memotong anggaran makanan. Menurut ilmuwan Belanda, Arnold van Huis, memakan makanan berbahan dasar serangga menjadi jawaban krisis makanan global, penyusutan sumber daya tanah dan air serta tingkat emisi karbon yang makin mengkhawatirkan.

Van Huis mengatakan, di tiap gigitan serangga mengandung lebih banyak protein dibanding hewan ternak seperti sapi dan kambing. Seperti dikutip Straits Times, biaya pembiakkan serangga pun lebih sedikit dan tak memiliki banyak jejak karbon.

“Anak-anak tak punya masalah makan serangga, namun berbeda dengan orang dewasa yang telah memiliki pola makan lebih dulu,” papar Van Huis.

“Hanya dengan mencoba secara langsung orang dewasa bisa mengubah pemikirannya, ” lanjut professor Wageningen University itu.

Masalah yang dihadapi orang dewasa bersifat psikologis. Demi menarik minat masyarakat mengonsumsi serangga, Van Huis dan tim bekerjasama dengan sekolah masak lokal guna menyediakan buku resep yang dilengkapi menu menarik.

Bagaimana, apakah anda sudah siap untuk itu?

inilah.com

Simbol Spiral, Ada Pada Hampir Seluruh Peradaban Kuno di Dunia (Adakah Makna2 Tersembunyi didalamnya?)

Gambar spiral muncul di seluruh dunia, di tempat terpisah dan luas, dan sering kali dalam konteks yang menyimbolkan agama atau bahkan sesuatu yang sama sekali berbeda.

Beberapa ahli menyimpulkan mungkin saja spiral-spiral itu melambangkan kepercayaan masing-masing suku.

Tapi mungkinkah masyarakat yang terpisah beribu-ribu kilometer bisa memiliki kesadaran yang sama untuk berpikir tentang suatu simbol yang unversal?

Atau pada masa itu mereka telah bisa berpindah (migrasi) dari satu tempat ke tempat yang sangat jauh sehingga memungkinkan fenomena ini? Ataukah ini tentang perjalanan waktu?

Sardinia, Italian island





The Tarxien in Malta





Australia Alice springs and Tasmania





Scotland 





Norway / Scandinavia





France 





Greece/Minoan 







Ireland 







Africa 





America north / south 







Observasi Matahari "The Anasazi"
"Lingkaran matahari" Amerika paling terkenal pertama kali ditemukan oleh Anna Sofaer pada tahun 1977 di Chaco Canyon di Fajada Butte.

Lingkaran tersebut terukir di muka tebing dan kemudian ditutup dengan tiga lempengan besar batu, yang ditempatkan dan dikombinasikan untuk menghasilkan yang sekarang dikenal dengan 'solar-dagger' sinar matahari, yang melewati pusat spiral setiap musim panas.



Hal ini membuktikan bahwa manusia pada jaman itu sudah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang astronomi dan hubungannya dengan musim dan pertanian.

Para Anasazi adalah orang-orang misterius yang tinggal di Arizona dan New Mexico sekitar seribu tahun yang lalu.

Sebuah situs baru-baru ini ditemukan disebut Peñasco Blanco yang menunjukkan penggambaran pada dinding gua apa yang seharusnya adalah ledakan supernova (lihat gambar di bawah).



Orientasi relatif bulan sabit dan bintang membuatnya sangat mungkin bahwa ini adalah rekaman dari supernova yang membentuk Nebula Kepiting pada tahun 1054 Masehi. Supernova ini, yang telah lima kali lebih terang dari Venus selama sekitar tiga minggu, juga dicatat oleh astronom Cina.

Semua bukti ini menunjuk pada kenyataan bahwa Anasazi cukup berpengalaman dalam "mengamati langit". Sesuatu yang sangat luar biasa dimasa itu dan dengan peradaban mereka yang belum tersentuh teknologi masa awal.

Lalu bagaimana dengan ini :







Benar, beberapa tahun yang lalu ada sekelompok orang yang mengaku menggambar pola-pola tersebut di ladang jagung di AS.

Namun para penganut teori konspirasi-alien meyakini bahwa pola-pola yang pertama ditemukan adalah asli, dan bukan buatan manusia. Siapa yang tahu? Tapi jika benar, simbol tersebut amat mirip dengan simbol-simbol kuno dari masa lalu.

source

Ngiler, Inilah Perbedaan Antara SPG Mobil Balap dan SPG Truk

wah pasti pada belum tau perbedaan antara SPG mobil balap dan SPG Truk.. kalau mau tau silahkan lihat yg mau lewat dibawah ini.. siapkan mata, hati, jantung, kaki, kunci, pakaian, makanan ringan, wkwkwk...

SPG Mobil Balap









SPG Truck



Ini dia Fenomena Unik Kolam Hijau yang Muncul di Kutub Selatan



Sebuah kolam yang dipadati kehidupan ditemukan di antara es di Kutub Selatan. Kolam yang dikelilingi es warna putih tersebut berisi air berwarna hijau sehingga terlihat mencolok dibanding perairan sekitarnya. Kata para ilmuwan, inilah anugerah pemanasan global.

Menurut mereka, kolam di daerah terpencil itu berwarna hijau akibat klorofil dari ganggang yang terdapat di situ. Di kolam itu pula didapati krustasea kecil, ikan, larva udang.

"Ini kolam terhijau yang pernah saya lihat," kata Patricia Yager, kepala ilmuwan Amundsen Sea Polynya International Research Expedition (ASPIRE). Yager mengutarakan kalau jumlah klorofil per liter di kolam itu lima kali lebih banyak dibandingkan beberapa tempat di Sungai Amazon.

Kolam yang dikelilingi oleh es laut seperti ini sering disebut dengan istilah polynya. Perairan seperti ini biasanya kaya nutrisi dan menjadi tempat bernaung bagi binatang, baik besar maupun kecil. Demikian jelas Yager.

Polynya bisa terbentuk dengan dua alasan: angin yang meniup bongkah es menjauh dari pantai dan udara atau air hangat mencairkan es. Ketika es mencair, nutrisi turut terlepas ke laut. Nutrisi yang kebanyakan penting bagi tumbuhan itu membuat ganggang berkembang.

"Ketika gletser dan es laut di bagian barat Kutub Selatan mencair karena pemanasan global, lebih banyak nutrisi yang mengalir ke lautan dan membuat ganggang berkembang semakin luas," Yager menjelaskan.

Menurut Yager, ledakan jumlah ganggang ini bisa jadi anugerah karena ganggang melahap karbon dioksidad akibat efek rumah kaca. "Tapi ini baru satu sisi," katanya.

Ia mengatakan kalau ganggang menjadi makanan bagi zooplankton yang melepaskan karbon dioksida ke atmosfer saat bernapas. Yager juga menyebutkan bakteri yang mengurai ganggang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida.

Meskipun demikian, untuk saat ini, kolam polynya merupakan hal yang baik bagi iklim Bumi karena mereka memerangkap karbon. "Tapi hanya itu saja," kata Lisa Miller, ahli biologi kelautan dari Fisheries and Oceans Canada.

kompas

Wew, Psikolog Cantik ini Selalu T3lanjang jika Sedang Menterapi Pasiennya



Ada cara mengorek keterangan dari pria tentang perasaan yang bergejolak di dalam diri mereka. Namun, seorang psikolog cantik berusia 24 tahun ini mempunyai cara tersendiri untuk melakukannya, yaitu dengan t3lanjang.

Sarah White mencoba cara mendapatkan keterangan dari pasiennya di New York dengan terobosan terapi yang benar-benar unik. Dengan melepaskan satu per satu pakaian yang dikenakannya selama sesi konseling, White yakin tindakannya ini dapat mencairkan ketertutupan sikap dari pasiennya.

"Saya sengaja melakukannya justru untuk mengendalikan diri para pasien saya itu. Tujuannya saya t3lanjang di depan mereka adalah agar mereka memahami diri dan lingkungan mereka secara lebih baik sehingga mereka bisa mendapatkan kekuatan dari kenikmatan yang timbul dari diri mereka dan kekuatan itu diharapkan tidak hanya muncul selama sesi terapi tetapi juga sesudahnya," ujar White.

Sesi awal konsultasi yang ditawarkan melalui komunikasi satu arah di web cam dan pesan SMS dikenakan biaya 150 dollar AS. Begitu White yang telah memiliki sekitar 30 pasien mengenal mereka secara lebih jauh maka ia menawarkan komunikasi dua arah melalui video Skype dan bahkan, untuk beberapa kasus, melalui konsultasi secara langsung.



Pendekatan terapi sambil t3lanjang yang diterapkan White ini tentu saja memikat kliennya yang sebagian besar adalah pria. Salah satu latarbelakang dari diterapkannya pendekatan ini adalah karena White merasa ada yang tindakan yang kurang dan tidak berinspirasi dalam teknik konsultasi dari studi strata-1 psikologi yang pernah didalaminya.

Lewat penuturannya ke New York Daily News, White menilai teknik yang dijalankannya telah memberikan dorongan minat lebih besar pada kaum pria yang cenderung kurang tergerak apabila dibandingkan kaum perempuan dalam berkonsultasi. "Saya melihat ada yang kurang dari teknik terapi klasik yang cenderung represif ketimbang mendorong orang lain untuk bersikap terbuka."

"Tujuannya adalah memperlihatkan kepada pasien bahwa tidak ada yang disembunyikan dari diri saya dan mendorong mereka untuk bersikap lebih jujur. Bagi pria tertentu, melihat sosok wanita t3lanjang justru dapat membantu mereka memfokuskan perhatian serta melihat diri mereka secara lebih luas selain membantu mereka menyampaikan apa yang ada di pikiran mereka secara terbuka," tambah wanita yang berasal dari Upper West Side ini.

"Freud menerapkan asosiasi bebas. Saya memilih untuk t3lanjang," jelas White untuk membandingkan teknik konsultasi yang ditawarkannya dengan teknik klasik dari Sigmund Freud.

Tentu saja teknik terapi yang diterapkan White juga disambut suara penentangan. Diana Kirschner, psikolog klinis di New York, menjelaskan: "White hanya menggunakan terapi kata-kata tetapi saya tidak menganggap ini sebagai terapi. Saya menilai pendekatannya itu sebagai pelayanan interaktif p0rnografi melalui internet."

Interaksi bernuansa s3ks antara pasien dan ahli terapi merupakan pelanggaran besar kode etik berdasarkan ketetapan yang dikeluarkan oleh American Psychoanalytic Association. Bahkan kontak fisik saja sudah dianggap sebagai pelanggaran kode etik profesi.

Namun, White menekankan tidak terjadi kontak fisik dalam terapi yang ditawarkannya. "Saya tidak menjalin hubungan intim dengan pasien saya."

kompas