Tahun 1998 ketika aku br masuk SD kls 1. Kampung aku waktu itu tiap malam di teror suara2 serta penampakan pocong menangis di tengah malam. Asal mula munculnya pocong menangis ini ketika, salah satu warga kampung sebut saja Pak Misno meninggal dunia karena terjangkiti virus HIV AIDS.
Semasa hidup, pak Misno terkenal sebagai orang berperangai kasar, suka mabuk2an, maen perempuan, dan sering di ketemukan sedang bermain judi di terminal oleh penduduk kampung.
Semua penduduk tak ada yang berani sama pak Misno. Pak lurah dan para tokoh agama di kampungku sudah berulang kali menasehati dia. Tapi emang dasar kalau jiwanya sudah di rasuki iblis selamanya tetap akan jadi pengikut iblis.
Kira2 hari Rabu malam, pak Misno dikabarkan meninggal di tempat pengasingannya di ujung kampung (dia mengasingkan diri karena malu sebagai pengidap HIV).
Warga yang selama ini merasa di rugikan atas kelakuan pak Misno semasa hidup tak ada yang datang melayat, selain masih dendam, ada juga yang enggan datang karena takut dekat2 sama orang pengidap HIV AIDS, meski orangnya udah meninggal.
Singkat ceritanya, jenazah pak Misno di mandikan, di kafankan, lalu di sholatkan di Mesjid. Dan di makamkan kamis siangnya yang hanya di hadiri pak lurah dan orang2 yang masih mempunyai hati nurani untuk membantu menguburkan si Mayat (termasuk bapak saya yang ikut menguburkan pak Misno).
Jenasah telah di kuburkan, orang2 hendak meninggalkan kuburan 'Rumah Baru' pak Misno. Tiba2 terdengar bunyi gelegar suara guntur dilangit. Padahal cuaca siang itu lagi cerah banget.
Astaghfirullah, berbagai macam spekulasi muncul di benak masing2 yang ikut menguburkan jenazah pak Misno. Termasuk bapak ku.
Malam tiba, tepat malam Jum'at. Kampung yang sunyi tiba2 heboh dengan teriakan salah satu warga yang melihat ada pocong menangis melayang berputar2 di sekitar tempat pengasingan pak Misno dulu. Itu terjadi berulang2 tiap malam selalu gentayangan di seluruh pelosok kampung.
Kadang terdengar menangis di teras2 rumah penduduk kampung. Warga yang semakin dicekam oleh teror pocong menangis berkonsultasi dengan para tokoh agama lalu merencanakan penangkapan pocong menangis malamnya kemudian.
Setelah diadakan perundingan, para tokoh Agama akan segera melakukan penangkapan pocong gentayangan yang sering meneror kampungku dan seisinya. Lokasi penangkapan di lakukan di tempat bekas pengasingan pak Misno dulu sehabis shalat Isya. (Aku waktu itu pengen ikut melihat proses penangkapan pocong menangis itu tapi dilarang bapak karena masih kecil, dan aku ditinggal di rumah).
Sekitar pukul 10 malam, rasa penasaran ku semakin memuncak. Aku ingin sekali melihat bagaimana orang2 hebat itu menangkap pocong menangis peneror warga kampungku. Dan aku nekad keluar melalui jendela kamarku. Lalu mengendap2 agak jauh dari rumah.
Sudah agak jauh dari rumah, ku lihat kiri kanan sepi. Tak nampak batang hidung 1 manusiapun. Karena agak takut dengan suasana sepi di luar, aku lari sekencang-kencangnya menuju tempat penangkapan pocong menangis, Yaitu tempat pengasingan pak Misno dulu yang berjarak kira2 300 meter dari rumahku.
Sampai sudah disana. Nafas ngos2an karena lari cukup jauh tanpa henti. Eh, belum selesai ngatur nafas aku kaget. Rumah yang aku tuju lengang, sepi, gelap tanpa cahaya lampu dan tanpa sebatang hidungpun manusia disana. Kemana semua orang?? Katanya prosesi penangkapan tu pocong disini?? Dan bapakku mana gak kelihatan!
Belum selesai aku berpikir, tiba2 telingaku menangkap suara tangisan yang membuat bulu kudukku berdiri semua. Pandanganku terpaku pada sosok putih2 diatas atap yang menatapku dengan wajahnya yang menyeramkan penuh darah.
Sosok itu melayang mendekat kearahku. Aku tak bisa lari. Kaki seakan terpaku ke bumi. Mulut terkunci, dan rasa takut semakin membuatku menggigil.
Semakin mendekat aku semakin mengenali wajah sosok pucat penuh darah. Wajah pak Misno!!
Lalu sosok itu berhenti kira2 5 meter dari tempatku. Dia lalu mengeluarkan suara tangisan dan badannya berguncang halus ke kiri kanan. Setelah itu aku tak ingat apa2 lagi. Pemandangan seakan gelap dan kabur.
Setelah sadar aku menemukan diriku berada di Masjid dikelilingi Orang yang ku kenal, diantaranya adalah bapakku. Bapak lalu memelukku dan menanyakan keaadaanku, aku baik2 saja. Tapi kepalaku agak sedikit pening.
Setelah itu aku demam dan sakit selama hampir 1 minggu. Ketika sakit aku sering mimpi buruk tentang pak Misno dengan wajahnya yang menyeramkan. Sakitku perlahan2 sembuh dan mimpi buruk itu lama2 hilang ketika aku di terapi oleh pak ustad kenalan bapak.
Setelah sehat, aku menceritakan pengalaman seramku itu pada bapak dan keluarga lainnya.
Dan apa jawaban bapak??
Ternyata malam itu lokasi penangkapan pocong itu di pindahkan ke kuburan pak Misno. Disana di bacakan doa2 untuk ketenangan pak Misno agar tenang di alam sana. Dan ternyata sosok pocong yang menyerupai pak Misno adalah sosok jin kafir yang selama ini adalah perewangan pak Misno. Jin itu berhasil di tangkap dan di kunci dalam tasbih pak ustad. Tasbih berisi jin kafir itupun kemudian di buang ke laut. Semenjak itu suasana kampungku tak lagi mencekam. Dan tak ada lagi gangguan pocong menangis.
Sekarang aku udah kuliah semester 1 di salah 1 PTN. Dan kisah masa kecil itu kan slalu teringat sampai kapanpun ...
source
Semasa hidup, pak Misno terkenal sebagai orang berperangai kasar, suka mabuk2an, maen perempuan, dan sering di ketemukan sedang bermain judi di terminal oleh penduduk kampung.
Semua penduduk tak ada yang berani sama pak Misno. Pak lurah dan para tokoh agama di kampungku sudah berulang kali menasehati dia. Tapi emang dasar kalau jiwanya sudah di rasuki iblis selamanya tetap akan jadi pengikut iblis.
Kira2 hari Rabu malam, pak Misno dikabarkan meninggal di tempat pengasingannya di ujung kampung (dia mengasingkan diri karena malu sebagai pengidap HIV).
Warga yang selama ini merasa di rugikan atas kelakuan pak Misno semasa hidup tak ada yang datang melayat, selain masih dendam, ada juga yang enggan datang karena takut dekat2 sama orang pengidap HIV AIDS, meski orangnya udah meninggal.
Singkat ceritanya, jenazah pak Misno di mandikan, di kafankan, lalu di sholatkan di Mesjid. Dan di makamkan kamis siangnya yang hanya di hadiri pak lurah dan orang2 yang masih mempunyai hati nurani untuk membantu menguburkan si Mayat (termasuk bapak saya yang ikut menguburkan pak Misno).
Jenasah telah di kuburkan, orang2 hendak meninggalkan kuburan 'Rumah Baru' pak Misno. Tiba2 terdengar bunyi gelegar suara guntur dilangit. Padahal cuaca siang itu lagi cerah banget.
Astaghfirullah, berbagai macam spekulasi muncul di benak masing2 yang ikut menguburkan jenazah pak Misno. Termasuk bapak ku.
Malam tiba, tepat malam Jum'at. Kampung yang sunyi tiba2 heboh dengan teriakan salah satu warga yang melihat ada pocong menangis melayang berputar2 di sekitar tempat pengasingan pak Misno dulu. Itu terjadi berulang2 tiap malam selalu gentayangan di seluruh pelosok kampung.
Kadang terdengar menangis di teras2 rumah penduduk kampung. Warga yang semakin dicekam oleh teror pocong menangis berkonsultasi dengan para tokoh agama lalu merencanakan penangkapan pocong menangis malamnya kemudian.
Setelah diadakan perundingan, para tokoh Agama akan segera melakukan penangkapan pocong gentayangan yang sering meneror kampungku dan seisinya. Lokasi penangkapan di lakukan di tempat bekas pengasingan pak Misno dulu sehabis shalat Isya. (Aku waktu itu pengen ikut melihat proses penangkapan pocong menangis itu tapi dilarang bapak karena masih kecil, dan aku ditinggal di rumah).
Sekitar pukul 10 malam, rasa penasaran ku semakin memuncak. Aku ingin sekali melihat bagaimana orang2 hebat itu menangkap pocong menangis peneror warga kampungku. Dan aku nekad keluar melalui jendela kamarku. Lalu mengendap2 agak jauh dari rumah.
Sudah agak jauh dari rumah, ku lihat kiri kanan sepi. Tak nampak batang hidung 1 manusiapun. Karena agak takut dengan suasana sepi di luar, aku lari sekencang-kencangnya menuju tempat penangkapan pocong menangis, Yaitu tempat pengasingan pak Misno dulu yang berjarak kira2 300 meter dari rumahku.
Sampai sudah disana. Nafas ngos2an karena lari cukup jauh tanpa henti. Eh, belum selesai ngatur nafas aku kaget. Rumah yang aku tuju lengang, sepi, gelap tanpa cahaya lampu dan tanpa sebatang hidungpun manusia disana. Kemana semua orang?? Katanya prosesi penangkapan tu pocong disini?? Dan bapakku mana gak kelihatan!
Belum selesai aku berpikir, tiba2 telingaku menangkap suara tangisan yang membuat bulu kudukku berdiri semua. Pandanganku terpaku pada sosok putih2 diatas atap yang menatapku dengan wajahnya yang menyeramkan penuh darah.
Sosok itu melayang mendekat kearahku. Aku tak bisa lari. Kaki seakan terpaku ke bumi. Mulut terkunci, dan rasa takut semakin membuatku menggigil.
Semakin mendekat aku semakin mengenali wajah sosok pucat penuh darah. Wajah pak Misno!!
Lalu sosok itu berhenti kira2 5 meter dari tempatku. Dia lalu mengeluarkan suara tangisan dan badannya berguncang halus ke kiri kanan. Setelah itu aku tak ingat apa2 lagi. Pemandangan seakan gelap dan kabur.
Setelah sadar aku menemukan diriku berada di Masjid dikelilingi Orang yang ku kenal, diantaranya adalah bapakku. Bapak lalu memelukku dan menanyakan keaadaanku, aku baik2 saja. Tapi kepalaku agak sedikit pening.
Setelah itu aku demam dan sakit selama hampir 1 minggu. Ketika sakit aku sering mimpi buruk tentang pak Misno dengan wajahnya yang menyeramkan. Sakitku perlahan2 sembuh dan mimpi buruk itu lama2 hilang ketika aku di terapi oleh pak ustad kenalan bapak.
Setelah sehat, aku menceritakan pengalaman seramku itu pada bapak dan keluarga lainnya.
Dan apa jawaban bapak??
Ternyata malam itu lokasi penangkapan pocong itu di pindahkan ke kuburan pak Misno. Disana di bacakan doa2 untuk ketenangan pak Misno agar tenang di alam sana. Dan ternyata sosok pocong yang menyerupai pak Misno adalah sosok jin kafir yang selama ini adalah perewangan pak Misno. Jin itu berhasil di tangkap dan di kunci dalam tasbih pak ustad. Tasbih berisi jin kafir itupun kemudian di buang ke laut. Semenjak itu suasana kampungku tak lagi mencekam. Dan tak ada lagi gangguan pocong menangis.
Sekarang aku udah kuliah semester 1 di salah 1 PTN. Dan kisah masa kecil itu kan slalu teringat sampai kapanpun ...
source