Kamis, 18 Agustus 2011

10 Hal Unik Tentang Sejarah Indonesia

1. Tiga orang Presiden RI pertama memiliki bulan lahir yang sama, yaitu bulan juni. Bungkarno lahir 6 Juni 1901 (Bernama asli Kusno Sosrodihardjo). Pak Soeharto 8 Juni 1921. Sedangkan Pak Habibie 25 Juni 1936.







2. Istana Merdeka mulai dibangun pada tahun 1873 dan selesai pada tahun 1879. Istana tsb di rancang oleh arsitek Drossares dengan luas 6,8 hektar dan 16 jumlah anak tangga yg terdapat di bagian depan gedung.




3. Sebelum digunakan oleh pemerintah indonesia, Istana Kepresidenan Bogor digunakan sbg rumah peristirahatn gubernur jenderal Belanda. Tercatat 44 orang gubernur jenderal Belanda pernah menjadi penghuni istana yang pada masa penjajahan bernama Istana Buitenzorg



4. Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya Istana RI yang dibangun setelah Indonesia Merdeka, tepatnya pada tahun 1957



5. WR. Soepratman, pencipta lagu kebangsaan wafat pada tgl 17 Agustus 1938. Tepat tujuh tahun sebelum proklamasi kemerdekaan RI dinyatakan



6. Lagu 'Indonesia Raya' di ciptakan pada tahun 1942 (ralat tahun 1924) dan dikumandangkan untuk pertama kalipada tanggal 28 Oktober 1928, tepatnya pada penutupan acara Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda.

7. Mobil dinas Kepresidenan RI yang pertama adalah mobil Buick keluaran tahun 1939 yang digunakan Alm. Bung Karno. Sedangkan Alm. Bung Hatta menggunakan mobil dinas De Soto yang merupakan hadiah dari pengusaha sekaligus pamannya, Djohan Djohor. Kedua mobil ini dpt dilihat di Gedung Joang '45, Jakarta


Buick


De Soto

8. Republik Gabon di Afrika Barat memiliki tanggal kemerdekaan yang sama dengan RI. Bedanya, Gabon merdeka pada tahun 1960



9. Rupiah dinyatakan sebagai mata uang nasional RI pada tanggal 2 November 1949.



10. 21 jumlah dentuman meriam yang dibunyikan untuk menyambut tamu negara yang merupakan kepala negara. Sedangkan untuk menyambut tamu negara yang merupakan kepala pemerintahan di bunyikan 19 kali dentuman meriam.


source

Sultan Hamid II, Orang yang Merancang Simbol Burung Garuda (Berikut Sejarahnya)

http://jasadh.files.wordpress.com/2009/11/garuda-pancasila.jpg?w=272&h=297
Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?

Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.

Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.

Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar – karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS.

Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan.

Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951.

Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.


Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. “Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999,” akunya.

Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan).

Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. “Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II,” katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.


Sultan Hamid II Pencipta Burung Garuda

Syarif Abdul Hamid Alkadrie yang bergelar Sultan Hamid Alkadrie II dan Sultan ke 8 Pontianak, Kalbar ini adalah pencipta Burung Garuda. Sultan Hamid juga orang Indonesia pertama yang berpangkat tertinggi di dunia militer.

Pontianak: Nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie memang kurang dikenal di Tanah Air. Padahal, tokoh nasional dari Pontianak, Kalimantan Barat ini adalah pencipta lambang negara Indonesia, Burung Garuda.

Selain pencipta lambang negara, Syarif yang bergelar Sultan Hamid Alkadrie II dan Sultan ke 8 Pontianak ini juga adalah orang Indonesia pertama yang berpangkat tertinggi di dunia militer, yaitu mayor jendral.

Sultan Hamid membuat lambang negara berdasarkan penugasan Presiden Sukarno pada 1950. Saat itu dia menjabat menteri tanpa porto folio. Rekannya, Muhammad Yamin sebenarnya juga membuat rancangan lambang negara, Namun, Sukarno akhirnya memilih rancangan Sultan Hamid. Setelah disempurnakan, gambar Burung Garuda diresmikan Sukarno sebagai lambang negara pada 10 Februari 1950.

Salinan sketsa Burung Garuda yang tersimpan di Keraton Kadriah, Pontianak ini menunjukkan proses pembuatan lambang negara sangat rumit hingga harus diubah berkali-kali.

source

4 Jenis Ayam Hutan Paling Langka di Dunia

Ayam hutan adalah nama umum bagi jenis-jenis ayam liar yang hidup di hutan. Dalam bahasa Jawa disebut dengan nama ayam alas, dalam bahasa Madura ajem alas, dan dalam bahasa Inggris junglefowl; semuanya merujuk pada tempat hidupnya dan sifatnya yang liar.

Ragam Jenis dan penyebarannya ada empat spesies ayam hutan yang menyebar mulai dari India, Sri Lanka sampai ke Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara. Keempat spesies itu adalah:

1. Ayam hutan merah (Gallus gallus Red junglefowl) 
 
Ayam-hutan merah atau dalam nama ilmiahnya Gallus gallus adalah sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78cm, dari suku Phasianidae. Ayam betina berukuran lebih kecil, dengan panjang sekitar 46cm. Ayam-hutan jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel yang panjang meruncing berwarna kuning coklat keemasan dengan kulit muka merah, iris coklat, bulu punggung hijau gelap dan sisi bawah tubuh berwarna hitam mengilap.

Dikepalanya terdapat jengger bergerigi dan gelambir berwarna merah. Ekornya terdiri dari 14 sampai 16 bulu berwarna hitam hijau metalik, dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah. Kaki berwarna kelabu dengan sebuah taji. Ayam betina memiliki kaki tidak bertaji, bulu-bulu yang pendek, berwarna coklat tua kekuningan dengan garis-garis dan bintik gelap.

Ayam-hutan merah tersebar luas di hutan tropis dan dataran rendah di benua Asia, dari Himalaya, Republik Rakyat Cina selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Ada lima subspesies yang dikenali. Di Indonesia, subspesies G. g. bankiva ditemukan di Jawa, Bali dan Sumatra.

2. Ayam Hutan Srilangka (Gallus Lafayetii Srilangka junglefowl)


3. Ayam Hutan Kelabu (Gallus Sonneratii Grey junglefowl)
Ayam hutan kelabu atau Gallus sonneratii adalah salah satu dari empat spesies ayam hutan. Ayam ini berukuran sedang, dengan panjang sekitar 80cm, dari suku Phasianidae. Ayam betina berukuran lebih kecil, dengan panjang sekitar 38cm.

Ayam hutan jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel berwarna kelabu berbintik hitam-putih dengan kulit muka merah, bercak putih di telinga, paruh kuning kecoklatan, iris mata kuning, ekor hitam keunguan dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah.

Sisi bawah tubuh berwarna kelabu bergaris putih dan kakinya berwarna kuning kemerahan terang dengan sebuah taji. Ayam betina memiliki kaki tidak bertaji, bulu-bulu yang pendek, berwarna coklat tua dengan bulu-bulu seperti sisik berwarna putih kecoklatan di bagian sisi bawah tubuh.

Ayam hutan kelabu tersebar dan endemik di hutan tropis bercuaca kering di India bagian tengah, barat dan selatan. Ayam betina biasanya menetaskan antara tiga sampai lima butir telur berwarna putih atau putih kemerahan yang dierami oleh induk betina selama kurang lebih tiga minggu.

4. Ayam Hutan Hijau (Gallus Varius Green junglefowl)
Ayam hutan hijau adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.).

Memiliki nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya.
Burung yang berukuran besar, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam jantan, dan 42 cm pada yang betina.

Jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah, dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel hijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, nampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam.

Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan.

Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.

source

Rabu, 17 Agustus 2011

(Joke) Percakapan dengan Cewek Matre


Pada suatu hari seorang cowo ganteng ketemu cewe cantik di mall, saya nguping, ini pembicaraan mereka berdua.

Cewek: Mas kerja dimana?
Cowok: Saya pemilik beberapa hotel di Jakarta dan Bali.
Cewek: (woow konglomerat nih !!) Mas tinggal dimana?
Cowok: Di pondok ndah golf view.
Cewek: (woow kereeen.. perumahan orang2 “the have” ) Pasti gede rumahnya ya ?
Cowok: Cuma 3000 m2
Cewek: Mas pasti mobilnya banyak ya?
Cowok: Cuma 5, ferrari, audi, mercy, bmw sama range rover.
Cewek: (ini cowo idamanku !! ) Mas punya istri?
Cowok: Belum…
Cewek: (wah enak juga jadi bini nya ) Mas merokok?
Cowok: Tidak.
Cewek: (Wah sehat nih ) Mas suka minuman keras?
Cowok: Tidak
Cewek: (wow cool ) Mas suka judi?
Cowok: Tidak.
Cewek: (wah halal nih rejekinya ) Mas suka main perempuan atau dugem gitu?
Cowok: Tidak.
Cewek: (sholeh banget nih cowo ) Hobbinya mas apa?
Cowok: bo’oooooong.

Inilah 19 Bentuk dan Model Bola yang Digunakan di Piala Dunia dari 1930 hingga 2010


Ialah Jens Heilmann, Seorang Fotografer Asal Jerman yang berhasil mengabadikan gambar bola piala dunia dari 19 ajang turnamen piala dunia. Berikut foto-fotonya.


Uruguay (2nd half), 1930


Italy, 1934


France, 1938


Brazil, 1950


Switzerland, 1954


Sweden, 1958


Chile, 1962


England, 1966


Mexico, 1970


West Germany, 1974


Argentina, 1978


Spain, 1982


Mexico, 1986


Italy, 1990


United States, 1994


France, 1998



South Korea, Japan, 2002


Germany, 2006


20 South Africa, 2010

Curt Degerman, Ialah Pemulung Terkaya di Dunia Asal Inggris (Foto)



Profesi boleh saja pemulung, tapi Curt Degerman pintar dalam bisnis investasi saham, pekerjaan Curt Degerman sehai-hari mengumpulkan sampah telah berhasil meninggalkan harta warisan 13,8 Milyar.

Dia dikatakan bergaya hidup sederhana. Namun di antara mengumpulkan kaleng dan botol dari tempat sampah di kota pesisir itu, ia juga akan dijumpai di perpustakaan kota sedang asyik dan tekun mempelajari pasar saham di koran ekonomi dan dari sanalah dia membeli saham lalu dikumpulkannya hingga mencapai 700.000 founsterling.



Dia meninggal terkena serangan jantung, pada usia 60, pada tahun 2008. Saat itulah kerabat menemukan dia memiliki portofolio saham dan saham senilai lebih dari 700.000 pound sterling. Selain itu, ia telah membeli 124 batang emas senilai 250.000 pound sterling.

Dia juga memiliki rumah sendiri dan memiliki lebih dari 4.000 pound sterling di rekening bank. Selain itu, ditemukan lebih dari 270 pound sterling uang receh di dalam rumahnya.

source

6 Kisah Kanibalisme Demi Mempertahankan Hidup Paling Terkenal di Dunia

Inilah kisah-kisah luar biasa tentang sekelompok orang yang melakukan praktek kanibalisme demi mempertahankan hidupnya. Bencana yang terjadi membuat orang tidak lagi bisa berpikir normal. Betapa tidak, terdampar di pegunungan terpencil di musim dingin, tanpa makanan, apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan hidup??

Salah satu kisah paling terkenal adalah jatuhnya pesawat Uruguay Force di pegunungan Andes pada tahun 1972. Demi bertahan hidup penumpangnya terpaksa memakan mayat teman-temannya. Dan itu terjadi selama 72 hari sampai akhirnya mereka berhasil ditemukan.



Kisah lain yang tak kalah dasyatnya adalah peristiwa pengepungan kota Leningrad, Soviet, yang berlangsung selama dua tahun. Masyarakat yang kelaparan terpaksa saling bantai agar bisa bertahan. Konon, sekitar 1,5 juta jiwa jadi korban peristiwa tragis ini.

Berikut kisah-kisah kanibalisme terkenal yang terjadi karena bencana.

1.Kasus Jatuhnya Pesawat Uruguay Force Flight di Andes: Kasus Kanibalisme Paling Terkenal

Inilah kasus kanibalisme paling terkenal dalam sejarah, terjadi di pegunungan Chili, Andes—perbatasan Argentina-Chilli– pada musim dingin tahun 1972. Peristiwa ini bermula dengan jatuhnya pesawat carteran Uruguay Air Force Flight 571 yang membawa 45 orang penumpang, termasuk di dalamnya tim rugby dan keluarganya, di pegunungan Chili, Andes, 13 Oktober 1972.

Dari kecelakaan itu, 29 penumpang berhasil selamat, namun medan yang berat membuat satu demi satu korban berjatuhan. Delapan orang tewas tertimbun longsoran salju, beberapa lainnya menyusul ke alam baka karena berbagai sebab, di antaranya, suhu yang luar biasa dingin dan cidera. Praktis yang tersisa hanya 16 orang, mereka berhasil di selamatkan pada 23 Desember 1972.

pesawat carteran Uruguay Air Force Flight 571 yang membawa 45 orang penumpang, termasuk di dalamnya tim rugby dan keluarganya, di pegunungan Chili, Andes, 13 Oktober 1972.

Itupun, setelah mereka sendiri berjuang mencari bantuan, karena operasi penyelamatan telah dihentikan jauh-jauh hari. Pemerintah setempat sudah menganggap mereka sebagai korban hilang yang tak ditemukan, sampai akhirnya para korban itu datang sendiri melaporkan lokasi mereka. Luar biasa!!!

Bayangkan, berada di ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut pada saat musim dingin sedang hebat-hebatnya. Salju yang turun deras, nyaris membekukan semuanya. Nah, para korban ini, hanya memakai pakaian seadanya, tidak ada makanan, siapapun tak bisa berpikir normal. Bagaimana caranya bertahan hidup, survive, itulah satu-satunya yang ada dalam pikiran mereka.


Tim Rugby yang naas

Dan, satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan memakan teman-teman mereka yang telah tewas. Ini bukan keputusan mudah, bahkan terlalu berat, tapi harus dilakukan jika ingin hidup. Biasanya, dalam keadaan terjepit seperti itu, orang baru mengerti betapa berharganya sebuah kehidupan. Dan mereka berjuang untuk mempertahankannya, apapun caranya.

Yang menyakitkan, lewat radio mereka memonitor kalau upaya pencarian mereka dihentikan karena lokasi kecelakaan tidak ditemukan. Operasi penyelamatan mereka dihentikan setelah delapan hari pencarian, atau 11 hari mereka jatuh di gunung. Pihak berwenang menganggap semua korban pasti tidak ada yang selamat. Bisa dimaklumi, lokasi pengunungan itu sangat sulit diakses, sementara dari udara terlihat semua berwarna putih karena tertutup salju. Celakanya, pesawat itu pun berwarna putih.



Nando Parrado, Roberto Canessa dan Sergio Katalan (berdiri di belakang: penduduk yang menolong mereka) Persisnya, 72 hari mereka survive sebelum akhirnya ditemukan tim SAR. Itupun setelah dua orang dari korban, Nando Parrado dan Roberto Canessa, berjuang mencari bantuan. Mereka menuruni pegunungan, mencari jalan menuju ‘kehidupan’.

Selama 12 hari keduanya menempuh jalan sulit, penduduk setempat, Sergio Katalan, menemukan mereka. Endingnya, semua korban (16 orang) dibawa ke rumah sakit Santiago dan dirawat karena menderita penyakit ketinggian , dehidrasi , radang dingin , patah tulang, kudis dan gizi buruk.

Pengalaman luar biasa ini, difilmkan pada tahun 1993, dan sejak itu menjadi salah satu kisah ajaib paling terkenal sepanjang masa. Tahun 2006 lalu, Nando Parrado, salah seorang selamat, membukukan pengalamnya yang dramatis itu dalam buku berjudul Miracle in the Andes: 72 Days on the Mountain and My Long Trek Home.


2. Ekspedisi Franklin
Inilah ekspedisi yang paling disesali sepanjang masa. Populer dengan sebutan ekspedisi Franklin, seorang perwira angkata laut yang sudah berpengalaman dan berkali-kali memimpin ekspedisi, dan kali itu tahun 1845, dia diperintahkan Sir John Barrow memimpin ekspedisi lagi yakni menyelesasikan pemetaan bagian barat laut ujung Kanada dan melayari Kutub Utara. Ekspedisi itu sendiri dilakukan dua kapal, Erebus dan HMS Terror, dua kapal canggih di zamannya.


franklin-expedition

Tapi kecanggihan teknologi, tak mampu mengalahkan alam. Konon dua kapal ini terkepung es di Victoria Selat dekat Pulau King William di Arktik Kanada. Franklin dan 128 crew dan peneliti, hilang. Nasib ekspedisi Franklin ini baru terungkap berabad-abad kemudian. Selama itu pencarian terus dilakukan, bahkan dengan iming-iming hadiah.

Sebuah pencarian yang dipimpin oleh Francis Leopold McClintock pada tahun 1859 menemukan sebuah catatan yang tertinggal di Pulau King William tentang rincian ekspedisi itu. Pencarian kemudian dilanjutkan sampai abad ke-19.



Barulah pada tahun 1981, lewat penelitian tim ilmuwan yang dipimpin Prof Owen Beattie, seorang antropologi dari Universitas Alberta, berhasil mengungkap beberapa hal dari temuan mereka di Pulau Beechey dan Pulau Raja William. Di Pulau Beechey di mana beberapa awak dikubur, ditemukan bahwa mereka meninggal karena radang paru-paru dan mungkin TBC dan keracunan timah. Tapi penemuan yang juga mengejutkan di Pulau King Williams di mana terjadinya kanibalisme karena kelaparan sehingga akhirnya semua terbunuh.


3. Kapal Pemburu Paus Essex
Cerita tentang kanibalisme untuk survive di kalangan pelaut sebenarnya bukan hal yang baru. Bahkan pada awal-awal abad ke-19 dunia maritime marak dengan cerita-cerita mengerikan semacam itu. Salah satu contohnya adalah Kapal Essex, kapal pemburu paus, pada tahun 1820.

Kisah itu dimulai dengan kecelakaan kapal pada tahun 1820, di mana paus menabrak Essex yang menyebabkan kapal tersebut tenggelam di 2.000 mil laut (3.700 km) sebelah barat pantai barat Amerika Selatan.


Kapal Essex

Sebanyak 21 awak berhasil menyelamatkan diri di Pulau Henderson, wilayah kepulauan Pitcairn. Di Pulau Henderson mereka bertahan dengan makan ikan, burung juga tumbuhan yang ada, juga ditemukan sumber mata air kecil untuk minum.

Sayangnya, sumber daya alam pulau itu hanya cukup untuk seminggu, selanjutnya tidak ada lagi yang bisa dimakan. Mereka masih mencoba bertahan dengan minum air kencing sendiri, tapi tidak lama. Jadi, bisa ditebak apa yang terlintas di pikiran mereka untuk bisa bertahan.

Di sinilah berlaku hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang. Mereka saling membatai, saling memakan. Tidak ada teman, sahabat, bahkan saudara, semua saling bantai. Tragisnya, kapten kapal, Pollard ikut memakan sepupunya, Owen Coffin, yang sebelumnya dibantai oleh anak buahnya sendiri.

Pertolongan baru datang hampir setahun kemudian oleh kapal penangkap ikan Dauphin Nantucket 95. Saat itu dua orang yang selamat, kapten Pollard dan Ramsdell, orang yang membunuh Coffin sepupu Pollard. Di tempat terpisah crew lain berhasil diselamatkan kapal dagang India.

Sebanyak delapan orang berhasil diselamatkan. Pengakuan mereka, mereka berhasil bertahan hidup dengan mengkonsumsi mayat tujuh temannya.


4. Pengepungan Leningrad
Inilah kisah pengepungan paling lama dan paling banyak korban sepanjang sejarah. Pengepungan Leningrad atau popular juga dengan sebutan Blokade Leningrad, adalah operasi militer berkepanjangan yang dilakukan oleh Jerman dan pasukan pertahan Finlandia untuk memblokade Leningrad pada 8 September 1941. Pengepungan ini berlangsung selama dua tahun.


Pengepungan Leningrad yang menimbulkan korban 1,5 juta jiwa

Kota ini benar-benar terisolasi, baik di darat maupun laut. Selama berbulan-bulan, para penduduk hanya makan dari danau yang ada di sana, , tapi ketika musim dingin tiba, danau beku. Tentara Soviet mengalami kesulitan untuk memasok makanan. Masyarakat mulai kelaparan. Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, para tukang roti di kota itu diperintahkan untuk membuat roti yang dicampur dengan serbuk gergaji.

Ini semata-mata untuk bertahan hidup. Selebihnya, burung, tikus, dan makan-makanan lain yang dalam kondisi normal jijik untuk dimakan, terpaksa menjadi santapan. Ini semua demi perut, dan demi kehidupan. Ketika tidak ada lagi yang bisa dimakan, maka mulailah terjadi kanibalisme.



Praktek ini terjadi semakin meluas di seluruh kota, sampai-sampai Polisi Leningrad merasa perlu melakukan patrol anti-kanibalisme, untuk mencegah kondisi makin buas dan tak terkendali. Dan memang itulah tujuan Jerman dan Finlandia untuk menjatuhkan Soviet.

Sekalipun belakangan diakui bahwa kanibalisme ini kenyataannya menyelamatkan kehidupan banyak orang, tapi pada saat itu polisi tetap melarang perbuatan itu. Meski begitu kanibalisme tetap terjadi meski sembunyi-sembunyi. Diperkirakan, tragedy itu menyebabkan tewasnya 1,5 juta orang.

Berdasarkan catatan, ini bukan pertama kalinya rakyat Soviet melakukan kanibalisme. Sebelumnya, tahun 1932-1933 terjadi bencana kelaparan yang luas di Ukraine yang menyebabkan praktek kanibalisme terjadi di kawasan itu.


5. Holocaust
Sampai sekarang peristiwa itu masih menjadi sumber perdebatan. Holocaust adalah genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi terhadap berbagai kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II. Bangsa Yahudi di Eropa merupakan korban-korban utama dalam Holocaust, yang disebut kaum Nazi sebagai “Penyelesaian Terakhir Terhadap Masalah Yahudi”.

Jumlah korban Yahudi umumnya dikatakan mencapai enam juta jiwa. Genosida ini yang diciptakan Adolf Hitler dilaksanakan, antara lain, dengan tembakan-tembakan, penyiksaan, dan gas racun, di kampung Yahudi dan Kamp konsentrasi.

Selain kaum Yahudi, kelompok-kelompok lainnya yang dianggap kaum Nazi “tidak disukai” antara lain adalah bangsa Polandia, Rusia, suku Slavia lainnya, penganut agama Katolik Roma, orang-orang cacat, orang cacat mental, homoseksual, Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses), orang komunis, suku Gipsi (Orang Rom dan Sinti) dan lawan-lawan politik. Mereka juga ditangkap dan dibunuh. Jika turut menghitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga, maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa.


Tawanan holocaust

Kesadisan Jerman memperlakukan tawanannya sudah menjadi cerita yang hidup puluhan tahun hingga kini. Apa dan bagaimana mereka diperlakukan menjadi kisah yang tak hent-hentinya mengundang air mata dan kemarahan. Konon, para tawanan perang Jerman ini dibiarkan kelaparan di kamp-kamp konsentrasi yang didirikan Jerman. Dampaknya, demi mempertahankan hidupnya para tawanan pun saling memangsa satu sama lain.


6. Alferd Packer
Alferd Packer (21 November 1842 – 23 April 1907) sering dikenal sebagai satu-satunya warga Amerika yang pernah dihukum dengan tuntutan kanibalisme, meskipun sebenarnya tuntutannya adalah pembunuhan, bukan kanibalisme. Anggota Partai Donner yang terkenal itu pun, tidak dihukum karena kanibalisme di California, karena secara hukum kanibalisme bukanlah kejahatan di Amerika Serikat.


Alferd_Packer

Pada 9 Februari 1874, dia dengan 5 orang lainnya melakukan ekspedisi di pegunungan Colorado. Dua bulan kemudian Packer kembali dari ekspedisi sendirian. Ketika ditanya kemana orang-orang yang telah pergi dengan dia, Packer mengatakan bahwa dia telah membunuh mereka semua untuk bertahan hidup dengan terpaksa memakan tubuh teman-temannya.

Frans Soemarto Mendoer, Satu-satunya Orang yang Mengabadikan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 1945 Lewat Foto

Fotografi memang bukan hanya menjadi saksi sejarah, tapi juga menjadi bukti sejarah hidup manusia dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Dengan keberadaan foto, banyak orang bisa diingatkan dan disadarkan tentang suatu hal. Frans Soemarto Mendoer sangat memahami hal tersebut.

Karena itulah, setelah mendapat kabar dari seorang sumber di harian Jepang Asia Raya bahwa akan ada kejadian penting di rumah kediaman Soekarno, Frans langsung bergerak menuju rumah bernomor 56 di Jalan Pegangsaan Timur itu sambil membawa kamera Leica-nya. Dan benar, pagi itu, Jumat, 17 Agustus 1945, sebuah peristiwa penting berlangsung di sana: pembacaan teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Soekarno.

Saat itu Frans hanya memiliki sisa tiga lembar plat film. Jadi dari peristiwa bersejarah itu, ia hanya bisa mengabadikan tiga adegan. Yang pertama, adegan Soekarno membacakan teks proklamasi. Yang kedua, adegan pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA. Dan yang ketiga, suasana ramainya para pemuda yang turut menyaksikan pengibaran bendera. Setelah menyelesaikan tugas jurnalisnya itu, Frans langsung bergegas meninggalkan rumah kediaman Soekarno karena menyadari bahwa tentara Jepang tengah memburunya.







Frans menjadi satu-satunya orang yang mengabadikan momen sakral itu karena Alex Alexius Impurung Mendoer, kakak kandungnya yang juga sempat memotret prosesi bersejarah tersebut, harus merelakan kameranya dirampas oleh tentara Jepang.

Dan sewaktu tentara Jepang menemui Frans untuk meminta negatif foto Soekarno yang sedang membacakan teks proklamasi, Frans mengaku film negatif itu sudah diambil oleh Barisan Pelopor. Padahal negatif foto peristiwa yang sangat penting itu ia sembunyikan dengan cara menguburnya di tanah, dekat sebuah pohon di halaman belakang kantor harian Asia Raya. Kalau saja saat itu negatif film tersebut dirampas tentara Jepang, maka mungkin generasi sekarang dan generasi yang akan datang tidak akan tahu seperti apa peristiwa sakral tersebut.

Bahkan, mengenai kehadiran Frans di rumah Soekarno pada waktu itu, wartawan senior Alwi Shahab menulis “Andaikata tidak ada Frans Mendoer, maka kita tidak akan punya satu foto dokumentasi pun dari peristiwa proklamasi kemerdekaan…” Tulisan itu dimuat di harian Republika edisi Minggu, 14 Agustus 2005, tiga hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-60.

Pencucian tiga buah foto bersejarah itu juga tidaklah mudah karena dihalang-halangi pihak Jepang. Frans bersama Alex terpaksa secara diam-diam harus mengendap, memanjat pohon pada malam hari, dan melompati pagar di samping kantor Domei (sekarang kantor berita ANTARA) untuk bisa sampai ke sebuah lab foto guna mencetak foto-foto tersebut. Padahal, bila dua bersaudara itu tertangkap oleh tentara Jepang, mereka akan dipenjara, bahkan dihukum mati.

Foto pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu pertama kali dimuat di harian Merdeka pada tanggal 20 Februari 1946, lebih dari setengah tahun setelah pembuatannya. Film negatif catatan visual itu sekarang sudah tak dapat ditemukan lagi. Ada dugaan bahwa negatif film itu ikut hancur bersama semua dokumentasi milik kantor berita Antara yang dibakar pada peristiwa di tahun 1965. Waktu itu, sepasukan tentara mengambil seluruh koleksi negatif film dan hasil cetak foto yang dimiliki Antara lalu membakarnya.

source